Judul: Jane Eyre|Tahun-rilis: 1943|Produser: William Goetz, Kenneth Macgowan|Sutradara: Robert Stevenson|Penulis-skenario: John Houseman, Aldous Huxley, Henry Koster|Pemain: Orson Welles, Joan Fontaine, Peggy Ann Garner|Sinematografer: George Barnes|Editor: Walter Thompson|Score: Bernard Herrmann|Genre: Drama|Durasi: 97 menit
Jane Eyre adalah sebuah film drama menceritakan kisah Jane Eyre yang jatuh cinta kepada tuannya, Edward Rochester. Pada versi 1943 yang disutradarai oleh Robert Stevenson, yang kebetulan namanya sering terlihat dalam acara TV Hitchcock Presents, Jane dan Rochester diperankan oleh Joan Fontaine dan Orson Welles.
|
Orson Welles and Joan Fontaine on the movie |
Akting kedua aktor ini adalah nilai tambahan besar yang membuat film ini menarik untuk diikuti, memerankan karakter Jane dan Rochester yang dalam. Joan Fontaine memerankan Jane Eyre yang agak kaku, karena dirinya memiliki masa-kecil yang penuh dengan kesedihan dan kebencian, namun disaat yang sama kepedihan itu menjadikannya seorang wanita yang kuat. Sedangkan Welles memerankan Rochester, seorang aristokrat (atau kaya-raya) yang kejam dan tegas, kehilangan sifat kehangatan yang dulu pernah dimilikinya semenjak tragedi demi tragedi menimpanya. Selain itu dikarenakan perbedaan strata antara kedua tokoh, fase awal hubungan romantis mereka ditunjukkan secara halus. Dari segi casting dan pengarahan karakter, film ini adalah sebuah kesuksesan.
|
first-appearance of Edward Rochester |
Dalam film ini juga memiliki banyak adegan yang bagus. Yang paling berkesan adalah adegan kemunculan pertama Edward Rochester di layar. Jane yang sedang berjalan sendirian di tengah kegelapan dan kabut, mendengar bunyi derapan kuda yang mendekat, diiringi musik Hermann(Bernard Hermann) yang membuat suasana menjadi mengancam bagi Jane, lalu seekor anjing-besar melewati Jane. Jane hampir tertabrak anjing itu, ia menghindar, lalu seorang pria dengan kudanya yang hitam meringkik, kudanya berdiri tinggi, dan musik Hermann juga menambah nilai dramatis bagi momen itu. Selain adegan itu, banyak adegan indah lainnya. Misalkan adegan ketika Adelle membangunkan Jane dari balik tirai. Atau Jane yang sama sekali tidak dipandang ketika teman-teman Rochester berkunjung ke kastilnya, menghina pekerjaan Jane, sementara Jane sedang duduk menyulam di sudut ruangan. Masih banyak lagi adegan yang sangat bagus dari film ini.
|
When Jane agreed to marry Edward |
Selain itu, saya juga menyukai kualitas gambar dari film ini. Beberapa shot silhoute mengingatkan saya pada film Gone with the Wind. Beberapa adegan, seperti adegan ketika Jane menerima lamaran menikah dari Rochester disertai badai dan daun-kering yang berterbangan, atau adegan ketika Jane mendengar suara-gaib Rochester yang memanggilnya dari langit, dieksekusi dengan sangat baik.
Namun, bila dilihat secara keseluruhan, visual film ini tidaklah solid. Misalkan, ada hubungan grafis antara bagaimana pada adegan awal kita melihat Jane yang dikurung di balik sebuah pintu kayu. Pada kesempatan lain ketika Jane sudah dewasa, kita melihat istri-aib Rochester yang mengalami nasib sama dengan Jane ketika kecil, di kurung di balik sebuah pintu kayu. Persamaan grafis ini begitu jelas, sehingga idealnya ada rasa simpati yang kuat dari Jane ketika melihat istri Rochester karena istri tersebut memiliki nasib yang sama seperti dirinya dulu. Namun saya tidak merasakan itu. Atau misalnya pada adegan ketika Jane yang merasa terkekang di sekolahnya mulai bermimpi ketika melihat sebuah jalanan kosong. Kita diperlihatkan jalanan tersebut, lalu Jane mulai berkata pada temannya bahwa suatu hari ia akan menelusuri jalanan tersebut, dari London, ke Paris, hingga ke Madrid dan sebagainya. Namun ketika akhirnya Jane bisa pergi dari sekolah tersebut, visual tersebut hilang, seolah impian Jane ketika itu sudah terlupakan. Padahal adegan itu bagi saya sangat menyentuh, dan ketika adegan tersebut tidak dilanjutkan, ada rasa kecewa yang ditinggalkan.
|
Very early on the film. A moment before first appearance of little-Jane. She was locked the room. |
|
Edward open the door of his wicked-wife. Jane, on his wedding-gown, was watching. |
Film ini juga terlalu banyak memberikan informasi yang tidak perlu. Misalkan, dalam narasinya disebutkan bahwa kala itu adalah masa perubahan Inggris, ketika uang menentukan segalanya. Menurut saya informasi tersebut tidaklah penting. Karena ada beberapa informasi yang tidak penting, yang kebanyakan adalah kutipan dari buku aslinya, terkadang fokus saya kepada film menghilang karena merasa informasi yang akan diberikan tidak harus semuanya saya serap. Selain hal itu, saya tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa film ini terdiri dari 2 babak yang kurang-saling-berhubungan. Pada babak awal, jelas identifikasi kita tertuju pada Jane karena Jane-kecil adalah tokoh gadis-kecil yang lemah, yang dihina oleh ibu-tirinya dan disiksa oleh kepala-sekolahnya. Namun ketika memasuki babak kedua, terutama ketika ia telah bertemu dengan Rochester, identifikasi tersebut menghilang. Kita tidak lagi melihat Jane yang dulu. Mungkin memang Jane masih merupakan tokoh yang ‘berbeda’ dengan sekitarnya, namun referensi atau hubungan antara keduanya semakin menghilang, digantikan dengan kisah romansa antara Jane dan Rochester. Perhatian kita terbagi antara Jane, dan Rochester yang baru saja muncul dipertengahan film. Karena terpisahnya kedua babak ini, mungkin sebenarnya babak pertama bisa saja dihilangkan, hanya digantikan dengan intertitle yang menjelaskan masa-lalu Jane yang suram. Namun bila hal itu dilakukan, kita akan kehilangan banyak adegan indah dari masa-kecil Jane yang diperankan Peggy Ann Garner, persahabatannya dengan Helen (yang diperankan Elizabeth Taylor-kecil), kehangatan tokoh Dr. Rivers, Mrs. Reed dan anaknya yang menjengkelkan, dan banyak lagi.
|
Peggy Ann Garner play as little Jane Eyre. |
Namun secara keseluruhan film ini adalah sebuah karya hebat. Adegan-adegannya luar-biasa, kualitas gambarnya mengagumkan, dan akting karakter-karakternya (termasuk pemeran pendukungnya) sangat baik.
No comments:
Post a Comment