Sunday, 1 January 2012

Apa yang membuat Pulp Fiction tetap fresh



Ini adalah salah satu film favorit saya hingga saat ini, film kedua Quentin Tarantino, Pulp Fiction, yang memenangkan penghargaan Palm d’Or di festival Cannes. Sudah tidak terhitung (karena saya memang tidak menghitungnyaJ) telah berapa kali saya menonton film ini, dan kemarin saya menonton lagi, film ini tetap fresh dan menyenangkan untuk ditonton. Mengapa film ini bisa memenangkan festival Cannes? Menurut saya, seperti halnya film Carol Reed, The Third Man, yang menciptakan pengemasan berbeda dari film-film noir lainnya dan akhirnya juga memenangkan penghargaan Palm d’Or pada tahun 1949, Pulp Fiction bisa memenangkan Cannes karena pengemasannya yang unik.
Pulp Fiction adalah film bergenre crime, namun tidak seperti film crime pada umumnya, yang kita lihat 80% adalah orang berdialog, 20% aksi, kebalikan dari film bergenre crime yang lain. Saya  melihat para anggota geng berbicara sepanjang waktu, tanpa ada maksud untuk memajukan cerita seperti pada film umumnya. Vincent Vega dan Jules Winfield mengobrol mengenai hamburger, ganja, foot-massage, dalam perjalanan mereka untuk membunuh seseorang. Singkatnya, ini adalah film crime, namun yang dijual bukanlah aksi, namun dialog dari para kriminal dalam film. Dan Quentin Tarantino benar-benar mengerti apa yang ia lakukan. Hasilnya, banyak dialog dalam film ini yang tak terlupakan.
1.       Royale with Cheese
Dalam sebuah mobil Vincent dan Jules mengobrol. Mereka dalam perjalanan untuk menghabisi seseorang. Namun keduanya terlihat tidak seperti orang yang akan membunuh orang lain. Mereka mengobrol seperti layaknya orang biasa mengobrol. Vincent menceritakan pengalamannya beberapa tahun tinggal di Eropa.
Vincent : But you know the funny thing about Europe, is the little differences.
Jules      : What?
Vincent : They got the same shit over there like in here, but there it is a little different.
Jules      : Example
Vincent : You can go to movie-theater in Amsterdam and buy a beer. And I mean no-like a paper-cup. I’m talking about a glass of beer. And in Paris, you can buy a beer in McDonald.

Jules terlihat mendengarkan Vincent.

Vincent : And you know what they call a Quarter-pounder with Cheese in Paris?
Jules      : They don’t call it a Quarter-Pounder with Cheese?
Vincent :No, man. They got the metric-system. They don’t know what the fuck a Quarter-Pounder is.
Jules      : So what they call it?
Vincent : They call it Royale with Cheese.
Jules      : Royale with Cheese.
Vincent : That’s right.
Jules      : What they call a Big Mac?
Vincent : Big Mac is Big Mac but they call it Le Big Mac
Jules      : Le Big Mac. (laughing). What they call a Whopper?
Vincent : I don’t know. I didn’t go to Burger King.

2.       Foot-massage
Jules dan Vincent masih dalam perjalanan yang sama dengan sebelumnya, untuk melakukan tugas mereka menghabisi seseorang. Jules menceritakan kabar tentang salah-satu kolega mereka bernama Antwan Rockamora a.k.a. Tony Rocky Horror, dilempar oleh bos mereka, Marsellus Wallace, dari lantai-4 apartemennya. Kabarnya, ia dilempar hanya karena karena memberi foot-massage pada istri Marsellus.

Vincent : But still, I have to say, you play with matches, you get burned.
Jules      : What do you mean?
Vincent : You don’t giving Marsellus Wallace’s new-bride a foot-massage.
Jules      : You don’t think he over-reacted?
Vincent : Antwan probabaly didn’t expect the way Marsellus reacted, but he had to expect a reaction.
Jules      : It was a foot-massage. Foot-massage is nothing. I gave my mother a foot-massage.
Vincent : It’s laying your hand in a familiar-way on Marsellus’ wife. I mean, is it as bad as eating her pussy out? No, but it’s the same fuckin’ ballpark.
Jules      : Woa-woa-woa, stop right there. Eeating’ the bitch out and giving the bitch a foot-massage ain’t even the same fucking thing.
Vincent : It’s not. It’s the same ballpark.
Jules      : Aint’ no fuckin’ ballpark, either. Now look, maybe your method of massage differs from mine. But you know, touching his wife’s feet and sticking your tongue in the holiest of the holies AINT’ the same fucking ballpark. It ain’t the same league. It aint’ even the same fuckin’ sport. Look, foot-massage don’t mean shit!
Vincent : Have you ever given a foot-massage?
Jules      : Hah? Don’t be telling me about foot-massage. I’m the foot-fuckin’-master!
Vincent : You give a lot of them?
Jules      : Shit yeah! Got my technique down and everything. Don’t be ticklin’ or nothin’.

Vincent sedikit melangkah mendekat Jules, menekankan perkataannya.

Vincent : Would you give a guy a foot-massage?
Jules      : Fuck you!
Vincent : You give ‘em a lot?
Jules      : Fuck you!
Vincent : You know I kinda tired I could use a foot-massage myself.
Jules      : Yo-yo-yo! You best back-off. I’m gettin’ a little pissed here!


3.       I’m sorry, did I break you concentration?
Jules dan Vincent sudah berada di rumah target mereka. Mereka bertemu dengan orang yang harus mereka habisi. Orang-orang itu ketakutan dengan kehadiran Vincent dan Jules. Salah satunya, Brett, mencoba membela posisinya mengatakan bahwa ia tidak bermaksud mencurangi Marsellus. Jules tanpa ragu menembak salah satu teman Brett. Lalu berkata:

Jules      : Oh, I’m sorry. Did I break your concentration? I didn’t mean to do that. Please...continue...you were saying something about best-intention? What’s the matter? Oh, you’re finished! Well then allow me to retort. What does Marsellus Wallace look like?
Brett      : What?

Jules melempar meja yang berada di depan Brett. Brett yang dulunya sudah ketakutan, semakin ketakutan.

Jules      : What country you from? ‘What’ ain’t no country I’ve ever heard of. Do you speak English and what?
Brett      : What?
Jules      : English, motherfu**er! Do you speak it?
Brett      : Y-y-yes.
Jules      : Then you know what I’m saying. Describe what Marsellus Wallace looks like!
Brett      : He’s bald.
Jules      : Go  on...
Brett      : He’s black.
Jules      : Does he look like a bitch?
Brett      : What?

Jules menembak pundak Brett sebagai peringatan.

Jules      : Does he look like a bitchc?
Brett      : No!
Jules      : Then why you tried to fuck him?
Brett      : No!
Jules      : Yes you did! Yes, you did, Brett! You tried to fuck him And Marsellus Wallace don’t like to be fucked by anybody except by Mrs. Wallace. Do you read the bible Brett?
Brett      : Y-yes!
Jules      : There’s a passage a got memorized sort of fits this occasion. Ezekiel 25:17.

Sementara Jules mulai membacakan ayat tersebut, Vincent mematikan rokoknya, dan mengokang pistolnya.

Jules      : The path of the righteous man is beseth on all sides by the inequities of the selfish and the tyrany of evil man. Blessed is he who in the name of charity and good will, shepherd the weak through the valley of darkness, for he’s truly his brothers keeper and the finder of lost children. And I’ll stike down upon thee with great vengeance and furious anger those who attemp to poison and destroy my brother. And you’ll know my name is the lord when I lay down my vengeance upon thee.

4.       Butch’s golden-watch
Butch, mengobrak-abrik seisi kamar mencari jam-emas warisan keluarganya. Ia telah memesan pada pacarnya untuk mengambil barang itu. Namun pacarnya lupa. Barang itu begitu berharga baginya hingga ia marah pada pacarnya. Setelah berteriak-teriak dan melempar TV, Butch berusaha mengontrol dirinya. Ia terus berkata bahwa itu bukan salahnya (pacarnya).

Butch: Fabienne, where’s my father fuckin’ watch? Do you have any idea what he had to go through to get me that watch? I don’t have time to go into it but he went through a lot. You can set all these things on fire, but I specifically remind you not to forget the fuckin’ watch! Now think. Did you get it?
Fabianne: I believe so.
Butch    : I believe so? What the fuck does that mean?! Either you did or didn’t get it.
Fabianne: Then I did.
Butch    : Are you sure?
Fabianne: No.

Butch menggila!

Butch    : Fuck! Fuck! Fuck! Motherfucker! Mother fuckin’!

Lalu dia melempar sebuah TV ke dinding. Fabianne ketakutan.

Butch    : Do you know how fuckin’ stupid you fuckin’ are? No!!!!

Butch terdiam sesaat

Butch    : It’s not your fault....

Butch kembali terdiam

Butch    : If you left it at the apartment, it’s not your fault. I had you bring bunch of stuff. I reminded you about it but I didn’t illustrate how much personal that watch mean to me. I should’ve told you that. You’re not a mind-reader. Are you?

Fabianne mengelengkan kepalanya. Wajahnya pucat.

Fabianne: I’m sorry.
Butch    : Don’t be. Just means that I can’t have breakfast with you.
Fabianne: Why does it mean that?

Butch agak kaget mendengar pertanyaan Fabianne

Butch    : Because I gotta go back to my apartment and get my watch.
Fabianne: Won’t the gangsters be there?
Butch    : Well, that’s what I’m gonna find out. If they are, I don’t think I can handle it. Then I’ll split.

Fabianne terlihat khawatir mendengar jawaban itu.

Fabianne: I saw your watch. I thought I brought it. I’m so sorry.

Butch diam. Dia terlihat bosan dan kesal mendengar permintaan maaf Fabianne.

Butch    : Here’s some money. Get a little pancake. Have a nice breakfast. I’ll take your Honda. I’ll be back before you can say “blueberry pie”.
Fabianne: Blueberry pie!
Butch    : Maybe not that fast. But pretty fast. Okay?
Fabianne: Okay.

Lalu adegan disambung Butch sedang berkendara di dalam mobil.

Butch    : Shit! OF ALL THE FUCKIN’ THINGS SHE COULD FUCKIN’ FORGET SHE FORGET MY FATHER’S WATCH!! I SPECIFICALLY REMINDED HER, BEDSIDE TABLE, ON THE KANGOORO, I SAID THE WORDS “DON’T FORGET MY FATHER’S WATCH!!”

5.       Up my ass!
Di adegan ini, diceritakan sejarah dari golden-watch milik Butch. Ceritanya bermula Butch-kecil sedang menonton sebuah kartun di TV. Tiba-tiba ibunya datang, memperkenalkan seorang pria berpakaian militer. Ibunya memperkenalkan Kapten Coons, orang yang menemani almarhum ayah Butch di penjara-tahanan perang Vietnam
Koons   : Hello, little man. Boy, I sure heard a bunch about you. See, I was a good friend of your dad. We were in that Hanoi pit of hell together, for 5 years. Hopefully, you’ll never to experience this yourself, but when two man in a situation like between me and your dad for as long as we were...you take on certain responsibilities of the other. If it’d been me who’d...

Kapten Coon melirik kepada Ibu Butch sesaat, memikirkan kata-kata yang tepat untuk digunakan.

Koons   : not made it,  Major Coolidge’d be talking right now to my son, Jim. But the way it turned, I’m talking to you....Butch, I got something for you.

Koons menunjukkan sebuah jam-emas. Lalu ia menceritakan sejarah panjang jam itu, mulai dari bagaimana kakek-buyutnya mendapatkan jam itu, hingga akhirnya ayahnya mendapatkan jam itu dari kakeknya. Semuanya dialog dan disampaikan dengan cara yang hormat. Namun tiba-tiba cara bicara Koons berubah menjadi agak komedi...

Koons   :  He knew, if the gooks saw the watch, it’d be confiscated, taken away. The way your dad look at it, this watch was your birthright. He’d be damned if any slope’s gonna put their greasy, yellow hands on his boy’s birthright. So he hid in one place he knew he could hid something...his ass. Five long years he wore this watch...up his ass. Then, he died of dysentery. He give me the watch. I hid this uncomfortable hunk of metal up my ass two years. Then...after seven years, I was sent home to my family. And now, little man, I give the watch to you.

Melihat agak-membosankannya melihat tulisan-tulisan di atas, bila dibandingkan dengan bagaimana baris demi baris dialog itu disampaikan pada film, membuka mata-saya bahwa Quentin Tarantino bukan hanya hebat dalam membuat dialog (seperti yang ia buktikan di Reservoir Dogs dan Inglorious Basterds), namun bagaimana dia bekerja dengan pemainnya, hingga cara pengucapan dari tulisan-tulisan itu begitu menarik. Misalnya, pada monolog Kapten Koons di atas, dialog terkesan monoton. Namun dalam film, cara Christopher Walken (pemeran Kapten Coons) mengatakan “He’d be damned” menggunakan dialek kulit-hitam, cara Walken mengatakan “up his ass.”, atau kalimat perantara “He gave me the watch.”. Monolog itu menjadi sebuah adegan luar-biasa. Atau dalam adegan lain, misalkan ketika Vincent tidak sengaja menembak rekannya di dalam mobil, ia berkata, “Oh man, I shot Marvin in the face”, mengesankan seolah pembunuhan itu bagai sebuah komedi, dan disaat yang sama kita melihat darah di seluruh bagian mobil dan potongan-potongan tubuh korban itu menempel di rambut Vincent dan Jules, membentuk sebuah adegan yang unik dan menarik. Untuk menciptakan penyampaian dialog luar-biasa seperti itu, sang sutradara pastinya telah membentuk komunikasi yang sangat-baik dengan para pemainnya.

Di samping 5 dialog di atas, ada jauh-lebih dari 5 dialog-dialog yang sangat berkesan dalam film ini yang tidak saya ketik, seperti dialog maxi-pad atau guns of navarone-nya Jules. Atau adegan ketika Vincent berusaha menyelamatkan nyawa istri Marsellus yang O.D., atau adegan ketika Marsellus memaafkan Butch dengan berkata, “There’s no you and me.” Atau dialog Divine-interventionnya Jules, dan banyak lagi.

Hingga saat ini, menurut saya Pulp Fiction adalah film yang paling berkesan dari Quentin Tarantino.

No comments:

Post a Comment