Judul: Ace in the Hole
Tahun-rilis: 1951
Produser: Billy Wilder, William Schorr
Sutradara: Billy Wilder
Penulis: Billy Wilder, Walter Newman, Lesser Samuels
Penata-artistik: Earl Hedrick, Hal Pereira
Pemain: Kirk Douglas, Jan Sterling
Genre: Drama-noir
Durasi: 111 menit
Film Billy Wilder lainnya yang saya tahu dan pernah saya
tonton adalah The Lost Weekend, sebuah film drama-noir yang depresif mengenai
seorang alkoholik. Atmosfir yang mirip dapat dirasakan dalam film Ace in the
Hole yang sebenarnya keluar beberapa tahun lebih dahulu.
Kirk Douglas played 'Chuck' Tatum, an ambitious, ruthless, and arrogant reporter, coming looking for a job with nothing but his gut and bad-reputation |
Ace in the Hole, atau mungkin bahasa Indonesianya kalau kita
lagi main kartu, kartu-gacoan; bercerita tentang seorang reporter, Charles
Tatum, diperankan Kirk Douglas, yang telah didepak keluar dari lingkaran
surat-kabar ternama Amerika dan berakhir nasibnya di sebuah surat-kabar lokal
di kota yang, klo istilah Indonesianya, ndeso, antah-berantah. Namun ia masih
memendam ambisi untuk kembali ke posisinya yang lama. Caranya adalah dengan
menemukan berita yang menggemparkan.
Berita tersebut secara tidak sengaja ia temukan ketika ia
sedang dalam perjalanan meliput sebuah festival yang tidak-penting. Seorang
pencuri-kuburan bernama Leo terjebak di dalam goa, dan tidak bisa keluar.
He plays an angel in front of people and Leo, who's trapped inside a cave, which is the mcguffin of the film |
Meski dipenampilannya Charles terlihat bak pahlawan yang
berusaha menyelamatkan Leo dari kematian, Charles sebenarnya ingin memanfaatkan
dan memonopoli musibah yang diderita Leo untuk kepentingannya sendiri.
Gw baru aja mikir arti judul Ace in the Hole ini, atau
kartu-gacoan. Terkadang ketika kita sedang main kartu, kita terjebak dalam
kondisi dimana kita tidak bisa menggunakan kartu tersebut karena kita terlalu
lama menyimpan kartu-gacoan kita hingga kita benar-benar kehilangan kesempatan
untuk menggunakannya. Itulah yang terjadi pada Charles Tatum dan membawanya ke
klimaks film.
Ambisi Charles Tatum memberikan nuansa gelap dari film ini,
seperti halnya kisah karakter pada film The Lost Weekend. Filmnya berorientasi
pada karakter Charles, ambisi, kecurangan, dan penyesalannya.
Selain itu, film juga menyinggung mentalitas masyarakat yang
menganggap penderitaan Leo seperti sebuah tontonan. Meskipun menurut saya
penggambarannya agak berlebihan. Tapi mentalitas seperti ini bisa
diidentifikasi juga pada kehidupan sosial kita.
Film juga mengkritik tentang media-massa yang kurang-lebih
mendekati sebuah tragedi dengan mentalitas yang sama dan juga betapa kuatnya
kekuatan media, dimana Charles bisa membentuk opini masyarakat begitu mudah
dengan kebohongan yang ia tulis pada artikelnya, membentuk kesan yang keliru
mengenai musibah tersebut, dan orang-orang yang terlibat dengan Leo, terutama
istrinya.
Saya juga menyukai aspek visual dari film ini. Kapan
dramatis, kapan datar-datar aja. Pertama kali melihat orang-orang mulai
berdatangan untuk ‘menunjukkan-simpati’ pada korban, spontan orang akan
langsung teringat visual sebuah taman-rekreasi, seperti Dufan (atau Universal Studio).
Setting juga memberikan kesempatan spesial bagi Charles
ketika ia naik ke atas bukit, memandang ke bawah dimana masyarakat sedang
berkumpul, dengan microphone ia berteriak, “The circus is over!”
Filmnya sangat bagus, mulai dari cerita, karakterisasi,
visual, SOUND. Filmmaker generasi movie-buffs, Cahier du Cinema, menganggap
Billy Wilder sebagai seorang master sinema. Saya perlahan mulai memahami
alasannya.
No comments:
Post a Comment