Friday, 1 June 2012

Ace in the Hole (1951)


Judul: Ace in the Hole
Tahun-rilis: 1951
Produser: Billy Wilder, William Schorr
Sutradara: Billy Wilder
Penulis: Billy Wilder, Walter Newman, Lesser Samuels
Penata-artistik: Earl Hedrick, Hal Pereira
Pemain: Kirk Douglas, Jan Sterling
Genre: Drama-noir
Durasi: 111 menit

Film Billy Wilder lainnya yang saya tahu dan pernah saya tonton adalah The Lost Weekend, sebuah film drama-noir yang depresif mengenai seorang alkoholik. Atmosfir yang mirip dapat dirasakan dalam film Ace in the Hole yang sebenarnya keluar beberapa tahun lebih dahulu.

Kirk Douglas played 'Chuck' Tatum, an ambitious, ruthless, and arrogant reporter, coming looking for a job with nothing but his gut and bad-reputation

Ace in the Hole, atau mungkin bahasa Indonesianya kalau kita lagi main kartu, kartu-gacoan; bercerita tentang seorang reporter, Charles Tatum, diperankan Kirk Douglas, yang telah didepak keluar dari lingkaran surat-kabar ternama Amerika dan berakhir nasibnya di sebuah surat-kabar lokal di kota yang, klo istilah Indonesianya, ndeso, antah-berantah. Namun ia masih memendam ambisi untuk kembali ke posisinya yang lama. Caranya adalah dengan menemukan berita yang menggemparkan.

Berita tersebut secara tidak sengaja ia temukan ketika ia sedang dalam perjalanan meliput sebuah festival yang tidak-penting. Seorang pencuri-kuburan bernama Leo terjebak di dalam goa, dan tidak bisa keluar. 

He plays an angel in front of people and Leo, who's trapped inside a cave, which is the mcguffin of the film

Meski dipenampilannya Charles terlihat bak pahlawan yang berusaha menyelamatkan Leo dari kematian, Charles sebenarnya ingin memanfaatkan dan memonopoli musibah yang diderita Leo untuk kepentingannya sendiri.

Gw baru aja mikir arti judul Ace in the Hole ini, atau kartu-gacoan. Terkadang ketika kita sedang main kartu, kita terjebak dalam kondisi dimana kita tidak bisa menggunakan kartu tersebut karena kita terlalu lama menyimpan kartu-gacoan kita hingga kita benar-benar kehilangan kesempatan untuk menggunakannya. Itulah yang terjadi pada Charles Tatum dan membawanya ke klimaks film.

Ambisi Charles Tatum memberikan nuansa gelap dari film ini, seperti halnya kisah karakter pada film The Lost Weekend. Filmnya berorientasi pada karakter Charles, ambisi, kecurangan, dan penyesalannya.

Selain itu, film juga menyinggung mentalitas masyarakat yang menganggap penderitaan Leo seperti sebuah tontonan. Meskipun menurut saya penggambarannya agak berlebihan. Tapi mentalitas seperti ini bisa diidentifikasi juga pada kehidupan sosial kita.

Film juga mengkritik tentang media-massa yang kurang-lebih mendekati sebuah tragedi dengan mentalitas yang sama dan juga betapa kuatnya kekuatan media, dimana Charles bisa membentuk opini masyarakat begitu mudah dengan kebohongan yang ia tulis pada artikelnya, membentuk kesan yang keliru mengenai musibah tersebut, dan orang-orang yang terlibat dengan Leo, terutama istrinya.

Saya juga menyukai aspek visual dari film ini. Kapan dramatis, kapan datar-datar aja. Pertama kali melihat orang-orang mulai berdatangan untuk ‘menunjukkan-simpati’ pada korban, spontan orang akan langsung teringat visual sebuah taman-rekreasi, seperti Dufan (atau Universal Studio).

Reminds us of a Hollywood movie set

Setting juga memberikan kesempatan spesial bagi Charles ketika ia naik ke atas bukit, memandang ke bawah dimana masyarakat sedang berkumpul, dengan microphone ia berteriak, “The circus is over!”

One of the best scene, the climax
"The circus is over!"

Filmnya sangat bagus, mulai dari cerita, karakterisasi, visual, SOUND. Filmmaker generasi movie-buffs, Cahier du Cinema, menganggap Billy Wilder sebagai seorang master sinema. Saya perlahan mulai memahami alasannya.

No comments:

Post a Comment