Judul: The Swarm
Tahun-rilis: 1978
Produser: Irwin Allen
Sutradara: Irwin Allen
Penulis-skenario: Stirling Silliphant
Sinematografer: Fred J. Koenkamp
Editor: Harold F. Kress
Pemain: Michael Caine, Katharine Ross, Richard Widmark,
Richard Chamberlain, Olivia de Havilland.
Genre: Science-fiction
Durasi: 156 menit
Saya belum pernah menonton film Irwin Allen sebelumnya.
Sekali saya pernah mendengar namanya ketika Coppola menyebut namanya dalam
salah satu interviewnya di Heart of Darkness, tentang pembuatan film Apocalypse
Now. Dia bilang bahwa dia ingin menjadi seperti Irwin Allen. Mendengar itu,
tentu saja nama Irwin Allen menjadi menarik buat saya karena Apocalypse Now
ketika itu terkenal sebagai film yang berani, modal yang besar (USD 31 juta,
sementara Jaws hanya USD 9 juta), sementara cara dan bentuk filmnya sangat
mengandalkan intuisi Coppola di lapangan. Benar saja, Irwin Allen mengeluarkan
USD 21 juta untuk film ini. Di bagian awal filmnya saja dua helikopter di
jatuhkan dari udara dan meledak. Namun sayang sekali, disaat filmnya bertaruh
besar, namun kalah.
I’m really sick about
this movie! Bukannya filmnya jelek banget atau jelek semua. Dengan uang USD
21 juta, perlu seorang jenius untuk membuat filmnya benar-benar jelek. Ada
beberapa adegan yang menurut saya menarik, seperti adegan ketika sebuah
kereta-api diserang sekelompok lebah-pembunuh, dan akhirnya jatuh ke jurang.
Namun filmnya tidak memberikan perasaan yang enak. You don’t feel about the movie. In fact, gw bete selama beberapa
jam paska nonton film ini (hingga akhirnya gw muak, dan keluar buat olah-raga,
cari angin).
Bercerita tentang sekelompok lebah mutan yang mulai
menyerang kota-kota yang ada. Sekelompok ilmuwan dan tentara berusaha untuk
menghabisi mereka sebelum korban semakin banyak.
Selain action, film ini juga memiliki unsur komedi. Namun
komedi itu muncul biasanya karena kebodohan yang ada pada film; yang tentunya
karena pada dasarnya bodoh, lama-kelamaan jadi tumpul dan membosankan (sejenis
dengan film-film Ed Wood, saya tidak bisa menikmatinya sama sekali). Seperti,
seorang Jendral yang dimainkan oleh Richard Widmark (padahal performanya
brilian di film Elia Kazan, Panic in the Street) yang terus saja berkata, “What
the hell bla bla...!” dan juga presence-nya
yang sama sekali tidak diperlihatkan layaknya jendral, dimana semua orang
hormat padanya. Instead, Michael
Caine, yang memainkan tokoh utama, memperlakukan sang jendral layaknya seorang
OB (sementara dua-bintang terlihat menempel di pundaknya). Atau hal-hal kecil
seperti ketika sang Jendral berbicara melalui video-confrence dengan atasannya.
Arah mata sang atasan tidak sesuai dengan letak layar di kantornya. Silly mistake, pada awalnya saya
tertawa, tapi lama-kelamaan saya muak. Dan masih banyak lagi
kesalahan-kesalahan sejenis.
Untuk musik scoringnya sendiri sebenarnya sangat bermutu.
Namun apa artinya musik bila yang diiringinya kualitasnya kurang baik.
Composernya adalah Jerry Goldsmith.
Namun sebenarnya kesalahan-kesalahan kecil itu tidak lah
berarti besar bagi saya. Hanya saja tidak adanya perasaan-nyaman setelah
menontonnya menjadikan pengalaman menonton filmnya tidak menyenangkan. Mungkin
sebaiknya filmnya dibuat lebih ceria, lebih positif, dengan adegan aksi yang
lebih seru.
No comments:
Post a Comment