Judul: The Big Parade
Tahun-rilis: 1925
Produser: Irving Thalberg
Sutradara: King Vidor
Penulis: Harry Behn, Laurence Stallings (novel)
Sinematografer: John Arnold, Charles Van Enger
Editor: Hugh Wynn
Pemain: John Gilbert, Renee Adoree, Robert Ober, Tom O’Brien,
Karl Dane
Genre: Drama-War
Durasi: 141 menit
Saya mendengar nama King Vidor pertama kali dari film A Personal Journey with Martin Scorsese
through American Movies. Ketika itu, Martin Scorsese sebagai host, beberapa
kali menyinggung film yang penting bagi dirinya, Duel in the Sun, yang disutradarai oleh King Vidor. Ini adalah film
King Vidor pertama yang saya saksikan, dan saya sangat senang dengan filmnya.
Sebuah film-bisu keluaran tahun 1925 (film suara pertama,
All That Jazz, keluar tahun 1928), The Big Parade bercerita tentang seorang
pemuda kaya yang ikut berperang di PD I. Dalam perjalanannya, ia bertemu teman
karib seperjuangan dan seorang kekasih. Di akhir cerita, (sori nih spoiler, tapi gw rasa meski tahu
ceritanya, akan sedikit sekali mengurangi keasyikan menyaksikan filmnya),
sahabat karibnya mati, dan ia kehilangan satu kakinya. Kekasih yang dulunya
direncanakan akan dinikahkan dengan pemuda itu, telah meninggalkannya. Namun ia sendiri
juga sudah berpindah hati ke gadis yang ia temui ketika dalam peperangan. Setelah perang berakhir, ia
mencari gadis tersebut dan cinta merekapun dipersatukan kembali.
The first time when James Apperson's(John Gilbert) eyes found Melisande (Renee Adoree), from inside a beer barrel |
Di samping pesan moral yang ada, filmnya sendiri sangat
menarik. Filmnya memiliki drama(tragedi dan romantis), memiliki suspense dan
action dari adegan perangnya, dan juga humor yang, buat selera saya pribadi,
sangat menghibur sehingga filmnya serasa hidup/ceria.
Three war-mate-- (from the front) Slim, James, and Bull |
Kitapun juga akan tersenyum menyaksikan humor yang ada dari hubungan pemuda-kaya dengan gadis lokal ketika kelompok si pemuda singgah di sebuah desa di Perancis. Perbedaan bahasa tidak menjadi penghalang hubungan keduanya, malahan menjadi unsur humor dari adegan mereka.
The scene where James and Melisande met. Kind of funny beside the language-barrier, James' face stayed very close to Melisande all the time. Has strong romantic and comedy flavors in it. |
Dari adegan perang, kita disajikan suspense dan action.
Adegan yang pasti tidak akan terlupakan adalah ketika pasukan pemuda tersebut
maju menyerang barikade pertahanan Jerman. Sementara peluru terus berdesing
menyerang pasukan pemuda itu (pasukan Amerika), mereka terus maju menerobos
pertahanan Jerman, sementara pemuda kaya dan kedua temannya terus maju,
teman-teman di kanan-kirinya berjatuhan satu persatu menjadi korban
senapan-mesin dan sniper Jerman.
Dari aspek scoring, mungkin orang bisa melihat pengaruh scoring film ini pada salah satu masterpiece Francis Coppola, Apocalypse Now, terutama adegan penyerangan helikopter yang diiringi musik klasik Wagner.
One of the best shot, when a German airplane attacked allied-soldier. I also love the music on this scene. |
Dari aspek scoring, mungkin orang bisa melihat pengaruh scoring film ini pada salah satu masterpiece Francis Coppola, Apocalypse Now, terutama adegan penyerangan helikopter yang diiringi musik klasik Wagner.
Banyak sekali hal-hal kecil yang tidak saya bahas di tulisan
ini (mungkin lain kali). Kalau ada tugas membahas film-bisu dan mencari judul
film-bisu yang tidak membosankan, saya boleh saran film ini (atau bisa juga
Paid to Love-nya Howard Hawks, dua-duanya bagus).
Tambahan:
Casting film ini
menurut gw melakukan tugas yang sangat baik dengan pilihannya yang jatuh pada
John Gilbert, Karl Dane, dan Tom O’Brien untuk memerankan tiga sahabat dalam
film. Ketiganya menurut saya memiliki chemistry penampilan yang sangat baik dan
menarik. Pengarahan karakterisasi ketiganya menambah chemistry ketiganya
menjadi semakin menarik. Pemilihan Renee Adoree sebagai kekasih tokoh-utama
juga menurut saya sangat baik dari segi penampilan maupun performa.
No comments:
Post a Comment