Judul: Spledor in the Grass
Tahun-rilis: 1961
Produser: Elia Kazan
Sutradara: Elia Kazan
Penulis: William Inge
Sinematografer: Boris Kaufman
Editor: Gene Milford
Pemain: Natalie Wood, Warren Beatty
Genre: Drama
Durasi: 124 menit
Dari judulnya, orang sudah bisa mengira bahwa film ini
bergenre drama. Kalimat Splendor in the Grass entah kenapa bayangan yang muncul
adalah kover DVD film Sound of Music-nya Robert Wise (kovernya aja, soalnya
filmnya sendiri saya belum nonton). Hal inilah yang menyebabkan saya agak males
menonton film ini, meskipun sutradaranya Elia Kazan, dan film inipun ‘ngendok’
di drive gw cukup lama. Namun segalanya sirna ketika film mulai dimainkan,
mulai dari ketika credit-title bergulir diiringi musik yang indah.
Seperti biasa, rekonstruksi cerita Elia Kazan padat dan
menarik. Film bercerita kisah cinta dua anak remaja yang terlalu saling
mencintai, hingga titik mereka saling menjauhi karena rasa sakit dan kekecewaan
yang timbul tiap kali mereka bertemu.
Bud's father trying to influence his son to do what he wants him to do. The father always tell his family members what to do and never listen to what others want. |
Sepenggal puisi karya William Wordsworth yang juga diambil
menjadi judul film:
Though nothing can
bring back the hour
Of splendor in the
grass, of glory in the flower;
We will grieve not,
rather find
Strength in what
remains behind
Kalimat-kalimat ini begitu menyentuh ketika pertama kali
dikatakan dalam film, yakni ketika di kelas gurunya bertanya pada tokoh-utama
wanita, Deanie, arti dari puisi tersebut. Isi puisi yang mengandung kesedihan
namun juga memberikan harapan dalam menjalani hidup,... I just felt so identified with that poem when I reflect it upon me.
Scene where Natalie Wood lose herself when the teacher ask her the meaning of splendor in the grass... |
Selain cerita, tentunya Elia Kazan sebagai master-acting,
dan seperti film-filmnya yang lain, mampu mengarahkan para pemainnya untuk
memberikan performa yang outstanding.
Heran, semua filmnya pasti akting pemainnya memiliki kualitas yang membuat mata
kita tidak berkedip. Ketika menonton film, saya membayangkan adegan tersebut
secara objektif dan rasa-rasanya bila adegan tersebut tidak diberi sentuhan
Elia Kazan, akan menjadi adegan yang kurang dramatis. Tokoh-utama pria, Bud
Stamper, diperankan oleh Warren Beatty yang saya kenal dari Bonnie &
Clyde-nya Arthur Penn. Tokoh utama wanita, Deanie, diperankan oleh Natalie Wood
(The Silver Chalice, Rebel without a Cause).
Tipe visual film-film Elia Kazan sendiri sering saya
kelompokkan setipe dengan tipe visual Sidney Lumet, dimana visual tersebut
tidak menonjol (kasar), namun pas dan halus. Maksud saya dengan menonjol atau
kasar adalah seperti tipe visual film Spaghetti Western-nya Sergio Leone. Bukan
berarti yang kasar itu lebih jelek atau yang halus lebih bagus, keduanya
berbeda tipe dan masalah bagus-jelek itu masalah individu yang menilai.
A scene depicts the life of Bud's sister, Ginny, who's loved only within dark shadow and as sex-slave to 'hungry' men |
Selain itu, saya juga menangkap filosofi pemilihan setting
dari adegan-adegan di film ini yang memang tidak sembarang tempat. Misalkan,
pada film ada tempat dimana pasangan-pasangan biasa ‘mojok’, yaitu disebuah
tempat pembuangan-air yang spontan saya tangkap sense dari tempat tersebut dan opini sang sutradara perihal ‘mojok’
(kok kalimatnya jadi alay gini?).
Banyak sekali yang bisa dipelajari dari film-film Kazan.
Tapi hingga saat ini saya paling tertarik dari cara dia mengkonstruksi dan
memadatkan ceritanya hingga saya tidak pernah merasa bosan menyaksikan filmnya.
Hell, ini film sebenarnya adalah tipe
film yang paling saya benci : drama sekolahan yang tokohnya melulu cinta.
Disitulah Elia Kazan turun, menyihirnya
dengan kejeniusannya.
No comments:
Post a Comment