Sunday, 10 June 2012

Splendor in the Grass (1961)


Judul: Spledor in the Grass
Tahun-rilis: 1961
Produser: Elia Kazan
Sutradara: Elia Kazan
Penulis: William Inge
Sinematografer: Boris Kaufman
Editor: Gene Milford
Pemain: Natalie Wood, Warren Beatty
Genre: Drama
Durasi: 124 menit

Dari judulnya, orang sudah bisa mengira bahwa film ini bergenre drama. Kalimat Splendor in the Grass entah kenapa bayangan yang muncul adalah kover DVD film Sound of Music-nya Robert Wise (kovernya aja, soalnya filmnya sendiri saya belum nonton). Hal inilah yang menyebabkan saya agak males menonton film ini, meskipun sutradaranya Elia Kazan, dan film inipun ‘ngendok’ di drive gw cukup lama. Namun segalanya sirna ketika film mulai dimainkan, mulai dari ketika credit-title bergulir diiringi musik yang indah.

Seperti biasa, rekonstruksi cerita Elia Kazan padat dan menarik. Film bercerita kisah cinta dua anak remaja yang terlalu saling mencintai, hingga titik mereka saling menjauhi karena rasa sakit dan kekecewaan yang timbul tiap kali mereka bertemu.

Bud's father trying to influence his son to do what he wants him to do. The father always tell his family members what to do and never listen to what others want.

Sepenggal puisi karya William Wordsworth yang juga diambil menjadi judul film:

Though nothing can bring back the hour
Of splendor in the grass, of glory in the flower;
We will grieve not, rather find
Strength in what remains behind

Kalimat-kalimat ini begitu menyentuh ketika pertama kali dikatakan dalam film, yakni ketika di kelas gurunya bertanya pada tokoh-utama wanita, Deanie, arti dari puisi tersebut. Isi puisi yang mengandung kesedihan namun juga memberikan harapan dalam menjalani hidup,... I just felt so identified with that poem when I reflect it upon me.

Scene where Natalie Wood lose herself when the teacher ask her the meaning of splendor in the grass...

Selain cerita, tentunya Elia Kazan sebagai master-acting, dan seperti film-filmnya yang lain, mampu mengarahkan para pemainnya untuk memberikan performa yang outstanding. Heran, semua filmnya pasti akting pemainnya memiliki kualitas yang membuat mata kita tidak berkedip. Ketika menonton film, saya membayangkan adegan tersebut secara objektif dan rasa-rasanya bila adegan tersebut tidak diberi sentuhan Elia Kazan, akan menjadi adegan yang kurang dramatis. Tokoh-utama pria, Bud Stamper, diperankan oleh Warren Beatty yang saya kenal dari Bonnie & Clyde-nya Arthur Penn. Tokoh utama wanita, Deanie, diperankan oleh Natalie Wood (The Silver Chalice, Rebel without a Cause).

Tipe visual film-film Elia Kazan sendiri sering saya kelompokkan setipe dengan tipe visual Sidney Lumet, dimana visual tersebut tidak menonjol (kasar), namun pas dan halus. Maksud saya dengan menonjol atau kasar adalah seperti tipe visual film Spaghetti Western-nya Sergio Leone. Bukan berarti yang kasar itu lebih jelek atau yang halus lebih bagus, keduanya berbeda tipe dan masalah bagus-jelek itu masalah individu yang menilai.

A scene depicts the life of Bud's sister, Ginny, who's loved only within dark shadow and as sex-slave to 'hungry' men

Selain itu, saya juga menangkap filosofi pemilihan setting dari adegan-adegan di film ini yang memang tidak sembarang tempat. Misalkan, pada film ada tempat dimana pasangan-pasangan biasa ‘mojok’, yaitu disebuah tempat pembuangan-air yang spontan saya tangkap sense dari tempat tersebut dan opini sang sutradara perihal ‘mojok’ (kok kalimatnya jadi alay gini?).

Banyak sekali yang bisa dipelajari dari film-film Kazan. Tapi hingga saat ini saya paling tertarik dari cara dia mengkonstruksi dan memadatkan ceritanya hingga saya tidak pernah merasa bosan menyaksikan filmnya. Hell, ini film sebenarnya adalah tipe film yang paling saya benci : drama sekolahan yang tokohnya melulu cinta. Disitulah Elia Kazan turun, menyihirnya dengan kejeniusannya.

No comments:

Post a Comment