Tuesday, 22 May 2012

A Streetcar Named Desire (1951)


Judul: A Streetcar Named Desire
Tahun rilis: 1951
Produser: Charles Feldman
Sutradara: Elia Kazan
Penulis-skenario: Tennesse Williams, Oscar Saul
Sinematografer: Harry Stradling
Genre: Drama
Durasi: 122 menit

Streetcar Named Desire, ini adalah kedua kalinya saya menonton film ini. Seperti biasa, sebagai seorang yang ingin belajar teknik filmmaking, Kazan memberikan banyak pelajaran apa yang bisa digunakan dari diri pemain yang ada. Yang mengejutkan, dulu, saya merasa film ini membosankan. Namun kali ini, saya terbawa oleh apiknya akting para pemain yang ada, terutama Vivien Leigh, lalu Brando, ikut merasakan pengalaman emosi yang disampaikan oleh mereka.

Bercerita tentang Vivien Leigh, memerankan Blanche, yang memendam trauma di hatinya. Brando memerankan Stanley, seorang preman bully kampung, yang terus mengganggu ketenangan Blanche hingga Blanche semakin sakit.

First appearance of Blanche (Vivien Leigh) when she arrived at the train station asking about a car named Desire.

Brando, dengan wajah gantengnya, bisa diidentifikasi oleh masyarakat Indonesia sebagai preman kampung yang ganteng. Tapi tetap saja ia hanyalah preman kampung. He’s the bad guy(dikatakan dengan nada Tony Montana pas lagi nonton TV di jacuzzi-nya), dan Brando memainkannya dengan sangat baik. Kabarnya, akting dia di film ini merevolusi cara akting film-film Amerika pada saat itu.

Pretty much explain Blanche relationship with Stanley

Blanche, perlahan menampakkan kerapuhannya. Kekecewaan dan penyesalan Blanche diceritakan. Hingga hal-hal magis yang ia lakukan untuk mengobati penyesalannya itu (secara implisit, terlihat dari dialognya yang berbicara tentang astrology, magic, bintang, dll,). Blanche berusaha untuk menutupi umurnya yang sudah tua (menurut dia, dia atas 30-an tua). Ia menolak berada di tempat-tempat yang terang benderang. Pada adegan awal ketika ia mengobrol dengan Kim disebuah kafe, sekilas Blanche menyingkirkan lampu dinding yang menyorot ke wajahnya.

Namun dibalik usaha itu, diceritakan Blanche pernah memiliki kisah cinta yang tak pernah bisa ia lupakan ketika ia masih muda. Kisah cinta tersebut berakhir sedih, namun meninggalkan kesan yang sangat baik pada laki-laki muda. Blanche ingin mengulang kisah cinta masa mudanya, disaat waktu terus berjalan dan ia semakin tua. Itulah alasan Blanche melakukannya.

When Mitch reveals everything about Blanche.

Sekali, Blanche tampak akan menggenggam kembali harapan hidupnya ketika ia berencana menikah dengan seorang teman Stanley, Mitch. Namun Stanley menggagalkan rencana tersebut dengan menceritakan masa-lalu Blanche dimana ia dirumorkan berhubungan dengan banyak lelaki sebelum jatuh di tangan Mitch. Mitch percaya, dan membatalkan rencana pernikahan tersebut. Ini merupakan pukulan berat bagi Blanche dan iapun semakin 'sakit'.

Di samping ceritanya, filmnya juga memiliki visual yang sangat bagus, bisa dilihat dari screenshot-screenshot di atas. Dari fisik yang enak dilihat, dan hubungan visual tersebut dengan plot, this is one is really one of Kazan's best (menurut saya). I think the following screenshot is really one of the most famous and best shot(and scene) from the movie, dimana Stanley memohon pengampunan Stella yang kabur setelah dipukul oleh Stanley.

Stanley beg for his mercy to Stella


No comments:

Post a Comment