Judul: The Fallen Idol
Tahun-rilis: 1948
Produser: Carol Reed
Sutradara: Carol Reed
Sinematografer: Georges Perinal
Editor: Oswald Hafenrichter
Genre: Drama
Durasi: 95 menit
Film Carol Reed ketiga yang telah saya tonton (setelah The
Third Man dan Odd Man Out), meyakinkan saya bahwa karya Carol Reed adalah
film-film bermutu. Pada awalnya sempat pesimis ketika satu waktu saya membaca
komentar seorang blogger yang mengesankan Reed hanya menghasilkan satu karya
hebat, The Third Man, selebihnya hanyalah film-film biasa yang tak berkesan.
Namun sekarang saya bisa bilang bahwa orang itu salah.
Film ini juga mengkukuhkan keyakinan saya bahwa yang paling
penting bagi seorang sutradara adalah membuat sebuah film yang menghibur
penontonnya -- Steven Spielberg, Howard Hawks, Buster Keaton, Charlie Chaplin,
David Lean. Bolehlah sebuah film agak flamboyan seperti halnya film-film Martin
Scorsese; namun jangan berlebihan sejauh Jean-Luc Godard (Godard bagi saya
secara visual sangat banyak yang bisa dipelajari, namun cara menyampaikan
ceritanya membingungkan bagi orang awam). Masyarakat sudah pusing dengan
rutinitas dan masalah dalam hidup mereka dan mereka pergi ke bioskop untuk
mendapat hiburan, bukan beban pikiran (kecuali tentunya bagi beberapa
minoritas).
Film The Fallen Idol bercerita tentang anak seorang
duta-besar, Phile (Bobby Henrey), yang mencoba melindungi pelayan rumahnya,
Baines (Ralph Richardson), dari tuduhan pembunuhan oleh polisi. Namun bukannya
membantu, kebohongan yang ditimbun baik dari Phile maupun Baines sendiri
malahan semakin memperumit masalah dan memperbesar kecurigaan polisi pada
Baines.
Bobby Henry as Phile |
Ceritanya memiliki unsur suspense yang sangat baik. Misalkan, pada pra kematian korban, Nona Baines (diperankan Sonia Dresdel), kita diperlihatkan bagaimana nona Baines menguntit suaminya yang berselingkuh dengan seorang wanita lain, Julie (Michele Morgan), di rumah ayah Phile. Atau pada adegan lain, kita diperlihatkan Phile yang berusaha keras menghindari memberikan informasi apapun pada pihak kepolisian demi keamanan temannya, Baines.
Berbeda dengan suspense yang disajikan Hitchcock yang
biasanya berkisar mengenai pembunuhan atau sabotase, unsur suspense dalam film
ini lebih bersifat kekanak-kanakkan. Mungkin ini karena kita melihat film dari
kaca-mata Phile yang naif dan terkadang terkesan dimanipulasi oleh orang-orang
dewasa di sekitarnya. Ada rasa humor dari sifat anak-anak Phile – membuat film
ini (mungkin) lebih cocok untuk ditonton bagi keluarga dibandingkan kebanyakan film-film
Hitchcock.
Film ini juga terkadang menghadirkan sinematografi yang terkesan humoris. Misalkan, tulisan “Closed” ketika Julie meninggalkan Baines
dan Phile di sebuah kafe, menginformasikan kekecewaan Julie pada Baines
sehingga hatinya pun tertutup padanya.
Untuk editing, tentunya yang paling menonjol adalah editing yang dilakukan pada sekuens interogasi Phile oleh detektif Ames (Jack Hawkins). Pemotong cepat yang dilakukan berhasil memberikan efek breath-taking pada penonton yang sebenarnya adalah situasi yang sedang dialami oleh Phile.
One of the visual-joke that is hard to forget |
Untuk editing, tentunya yang paling menonjol adalah editing yang dilakukan pada sekuens interogasi Phile oleh detektif Ames (Jack Hawkins). Pemotong cepat yang dilakukan berhasil memberikan efek breath-taking pada penonton yang sebenarnya adalah situasi yang sedang dialami oleh Phile.
Terakhir, menurut saya casting film ini juga sangat baik.
Secara pribadi, saya memfavoritkan casting Bobby Henrey sebagai Phile yang manis,
dan juga Jack Hawkins sebagai detektif yang dingin dan lihai. Baines dan nona
Baines juga diperankan dengan sangat baik; begitu pula dengan Julie.
No comments:
Post a Comment