Thursday, 24 May 2012

Air Force (1943)


Judul: Air Force
Tahun-rilis: 1943
Produser: Hal B. Wallis, Jack Warner
Sutradara: Howard Hawks
Penulis-skenario: Dudley Nichols
Sinematografer: James Wong Howe
Editor: George Amy
Genre: War Drama
Durasi: 124 menit

Seperti biasa, film Howard Hawks selalu menghibur, begitu pula dengan filmnya yang satu ini.
Meski pada title-awal nama John Garfield pertama kali keluar, namun film ini lebih menceritakan tim tempat ia bergabung dalam sebuah pesawat perang. Meski ia mendapatkan beberapa momen spesialnya sendiri, secara umum filmnya bercerita tentang kerja-sama yang terjadi antar kru dalam pesawat. Kurang-lebih hampir sama seperti film Hawks The Thing from Another World.

Sama seperti The Thing from Another World juga, dalam film ini saya merasakan kehangatan yang ada, serunya berpetualang bersama para karakter yang ada di film. Diiringi deruan mesin pesawat dan canda yang dilontarkan para pemain di film.

Tenderness of togetherness inside the war-plane Mary-Ann

Durasi filmnya cukup panjang, kurang-lebih 2 jam. Klimaks film, yang ada kira-kira 30 menit menjelang akhir film, adalah penyerangan kru pesawat, dibantu skuadron pesawat lain, membombardir kapal laut Jepang.

Adegan klimaksnya super-seru! Meski tekniknya terlihat kasar, apalagi buat ukuran penonton sekarang dimana Hawks bahkan menyelipkan footage asli dari dengan kualitas yang jelas-jelas beda dengan kualitas film yang ia gunakan, adapula dimana dia terlihat jelas menumpuk 2 film yang berbeda untuk efek ledakan dan tembakan. TAPI...buat ukuran saya itu sih bukan urusan, malah lebih seru, lebih nge-Rock! Adegan klimaksnya seru abis!

One of some real footage of war Howard Hawks slipped on the film

Ga tau ya, saya selalu bisa menikmati film-film Hawks. Filmnya seru-seru


PS: 

Sebagai tambahan, ada rumus tersendiri menulis skenario untuk film yang tokoh utamanya terdiri dari sekelompok orang karena penulis tidak bisa membahas tiap karakter secara sangat mendalam. Sebagai contoh, dalam film ini ada tokoh yang selalu menaruh foto ayahnya di dinding meja kerjanya. Dalam satu kesempatan ia bilang bahwa ia berharap ia bisa menjadi pilot sebaik ayahnya dengan nada sedih karena dimana pada kenyataannya ia jauh dari itu. And that's it! Persoalan tidak diperpanjang lagi.


A shot of squadron after they took off


Saya tidak bilang ukuran pas-tidaknya film ini sudah pas atau tidak. Tapi yang ingin diungkapkan hanyalah fakta bahwa kedalaman pembahasan tiap karakternya terbatas (untuk scene di paragraf atas, menurut saya itu terlalu dalam sehingga kita menjadi penasaran kisah tokoh tersebut). Mungkin contoh baik untuk skenario yang membahas sekelompok manusia dengan batas yang ideal adalah Apocalypse Now...mungkin. Mungkin gw cuman ngasih tau the obvious thing..well, I'm just reminding you then.

No comments:

Post a Comment