Friday, 4 May 2012

Red Dust (1932)


Judul: Red Dust
Tahun-rilis: 1932
Produser: Hunt Stromberg, Irving Thalberg
Sutradara: Victor Fleming
Penulis-skenario: John Mahin
Sinematografi: Harold Rosson
Pengarah-artistik: Cedric Gibbons
Pemain: Clark Gable, Jean Harlow, Mary Astor, Gene Raymond
Genre: Drama
Durasi: 83 menit

Red Dust, disutradarai oleh Victor Fleming, bercerita tentang kerumitan kisah cinta seorang pria bernama Dennis Carson (Clark Gable), yang jatuh hati kepada istri salah seorang pegawainya yang baru saja tiba di perkebunan karetnya di pedalaman hutan-belantara(Vietnam) dan akhirnya mendorong sang wanita, Barbara Willis (Mary Astor), untuk berselingkuh. Pada akhirnya, Dennis melepaskan Barbara dan menjalin cinta dengan Vantine (Jean Harlow), yang secara karakter lebih sejalan dengan dirinya.

Civilized barbaric, kata yang beberapa kali disebutkan dalam dialog film, menjadi gambaran kondisi karakter-karakter yang tinggal di perkebunan terpencil yang keras itu. Dennis adalah tokoh yang telah terpengaruh dengan kondisi barbarik hutan tempat ia tinggal. Sedangkan Barbara Willis dan suaminya yang baru saja datang dari perkotaan, dengan sikap yang dianggap civilized (bertata-krama baik). Namun pada akhirnya, Barbara jatuh kepada gelapnya karakter Dennis dan jatuh cinta padanya, sehingga ia tak-ubahnya sama seperti Dennis (dan Vantine).

Barbara slowly is sucked to the 'dark-side' by cheating behind her husband with Dennis

Biasanya, saya tidak menyukai film drama romantis yang mengangkat tentang tema percintaan. Namun, film ini sedikit membuka pandangan saya sendiri, apa yang sebenarnya saya suka dan tidak. Yang tidak saya sukai adalah kisah cinta yang lembek. Maksud saya lembek adalah biasanya tokohnya adalah anak-anak muda berlatar sekolahan atau kampus. Biasanya karakter filmnya lemah, air-mata diobral sehingga harganya turun, tidak jarang malah membuat muak. 

Namun kisah cinta dalam film Red Dust berbeda. Tokoh-utamanya, Dennis, adalah tokoh yang liar. Dia suka bermain perempuan, menyentuh mereka, seorang womanizer. Dia juga bukan pria yang hidup hanya berorientasi pada cinta, bahkan bisa dibilang yang ia lakukan bukanlah cinta, namun nafsu. Hitamnya karakter Dennis, tidak membuat Vantine untuk mundur, malahan tertarik. Vantine sejenis dengan Dennis. Keduanya liar, yang digambarkan dengan jelas pada adegan ketika keduanya akhirnya bersatu dengan bercinta layaknya dua ekor binatang buas.

Dennis and Vantine are pretty much similar character from the beginning

Barbara, tokoh yang akhirnya terlena pada Dennis, terlihat lemah dan tak berdaya di samping Dennis dan Vantine. Ia hanya terlihat seperti mangsa. Beruntung Barbara memiliki suami, Gary Willis (Gene Raymond), yang meskipun memiliki pembawaan yang baik-hati, namun bisa keras di saat dibutuhkan, sehingga ia akhirnya menarik Barbara keluar dari kegelapan.

Camera-work nya bagi saya biasa saja -- sempurna, namun tidak luar-biasa. Special-effectnya keren, terutama adegan ketika perkebunan Dennis diterpa monsoon beberapa kali, seru!

Durasi introduction-nya menurut saya juga sangat baik. Penonton akan cepat dibawa masuk ke dalam film sehingga tidak merasa bosan.

Cerita film ini sangat bagus, dibungkus dengan penyampaian yang sama bagusnya. A very good film! Sejauh ini film-film Victor Fleming belum pernah mengecewakan.

No comments:

Post a Comment