Judul: Peeping Tom|Tahun-rilis: 1960|Produser: Nat Cohen|Sutradara: Michael Powell|Penulis-skenario: Leo Marks|Sinematografer: Otto Heller|Genre: Psychological Thriller|Durasi: 101 menit
Peeping Tom bercerita tentang Mark Lewis, yang memiliki ambisi untuk membuat sebuah film dokumenter yang merekam ekspresi wanita ketika menjelang detik-detik kematian mereka. Ia selalu membawa sebuah kamera handheld 8mm kemanapun ia pergi. Dan ketika kesempatan itu datang, ia akan memulai aksi pembunuhannya.
Untuk saya, yang membuat film ini berkesan adalah warnanya yang ‘kering’, akting Karlheinz Bohm sebagai tokoh Mark Lewis, ceritanya dan konflik internal Mark, serta pembunuhannya. Warna film ini berkesan unreal, seperti komik, sejenis dengan kualitas warna Bonnie & Clyde atau Family Plot, atau The Cincinnati Kid. Ditambah lagi make-up Mark yang membuat wajahnya terlihat seperti patung-lilin, namun, hasilnya memberikan efek bagus bagi penonton, menguatkan karakternya yang ‘aneh’. Akting Karlheinz Bohm memerankan Mark Lewis sangat luar-biasa. Ceritanya, perkembangan plotnya, karakter Mark, yang buat saya lebih valid, atau mungkin lebih tepatnya lebih bisa dipercaya ketimbang Norman Bates, juga menjadi unsur yang berkesan bagi saya. Pembunuhannya berkesan misterius. Bila Hitchcock sering menggunakan musik dan cutting untuk memperkuat pembunuhan dalam filmnya, Powell kebalikan darinya. Ia tidak menggunakan musik sama sekali, dan pembunuhan dilakukan dalam satu long-take POV kamera handheld Mark. Efeknya sama mencekam dengan pembunuhan yang dilakukan di film Psycho. Bahkan mungkin, terkesan lebih nyata ketimbang Psycho karena pengguanaan long-take (long-take ini banyak dipuji oleh para kritikus karena dilakukan bertahun-tahun sebelum Carpenter menggunakan teknik yang sama dalam film Halloween-nya).
Long-take, the way Powell execute the murder scenes |
Karakter Mark sendiri menarik untuk diobservasi. Pada awal film, dari cara Mark melepaskan dirinya ke atas kursi ketika filmnya(film pembunuhan ia baru ia lakukan) selesai diputar, saya mengira Mark melakukan pembunuhan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Namun setelah membaca artikel Scott Ashlin, ternyata saya salah. Mark tidak menikmati pembunuhan yang ia lakukan, ia membencinya. Dan cara ia merebahkan diri ternyata mengisyaratkan perasaan kecewa dan beban mentalnya karena film yang baru saja diputar belum memuaskan dirinya (sehingga ia harus melakukan pembunuhan lain). Interpretasi ini lebih valid karena dalam dialog filmnya pun, Mark berkata mengenai kekecewaannya pada hasil rekamannya dan menginsyaratkan keengganannya untuk melakukan hal itu lagi.
Hubungan antara Mark dan kameranya pun menarik untuk dibahas. Mark selalu terlihat waspada, takut, atau bagi beberapa karakter dalam film, malu, setiap saat ia bersama kameranya. Ketika ia mau masuk ke apartemennya, ia selalu berjalan mengendap-endap seperti anak kecil yang baru saja membeli majalah porno dan tak mau terlihat oleh ibunya. Begitu pula ketika ia berada di ruang gelap, bersama semua film hasil rekamannya, kamera-kamera koleksinya yang lain, dan proyektor yang ia miliki di sana, ia terlihat gelisah, tidak-lepas, seperti memendam atau menyembunyikan sesuatu. Yang mengejutkan, ketika ia bersama wanita yang ia sayangi, Hellen, ia berubah total. Ia tersenyum, ia melompat, kegirangan, ia begitu hidup. Apalagi ketika satu waktu mereka ingin makan-malam berdua, Hellen memintanya untuk meninggalkan peralatan kameranya, ia terlihat begitu antusias dan bersemangat. Totally different person! Kamera tersebut seperti setan, seperti pedang Soul-Edge (dari video game Soul Calibur), yang bila disentuh akan mempengaruhi orang yang menyentuhnya. Hubungan ini memang terkesan aneh. Namun bila dilihat dari masa-lalu Mark ketika ia masih menjadi bahan eksperimen ayahnya, hal tersebut masuk-akal. Ketika masih kecil, kamera menjadi bagian besar dari hidup Mark karena ayahnya melakukan eksperimen kepada dirinya dengan tiap hari merekam kegiatan Mark. Namun, ayah Mark juga melakukan eksperimen-eksperimen ‘gila’ yang menyebabkan luka psikologis pada diri Mark. Luka tersebut menjadikan hubungan yang ia miliki dengan kamera menjadi tidak-sehat. Karena itu, ketika ia menjauh dari kamera, ia menjadi begitu normal.
Film ini menurut beberapa orang adalah film yang sangat personal bagi Powell karena mengisyaratkan hubungan yang ia miliki antara dirinya, film, dan anaknya sendiri. Pertama, kamera memberikan efek jahat bagi Mark ketika ia berada di sekitar alat tersebut. Dari sini, orang bisa menebak bahwa dalam kenyataan sesungguhnya, Powell merasa film memberikan efek negatif bagi dirinya. Namun selain itu, dalam film ada adegan pemutaran salah satu film rekaman masa-kecil Mark. Di film tersebut ada Mark-kecil dan ayahnya. Mark-kecil diperankan oleh anak Powell, dan ayah Mark diperankan oleh...Powell sendiri. Ini semakin mengeratkan hubungan personal Powell dengan film ini, bahwa ada hubungan love-hate Powell dengan dunia-film, dan imbas buruk dari hubungan tersebut kepada anaknya.
Karena itu, ketika banyak orang berkata bahwa film ini menjatuhkan citra Powell, menjadi film Powell yang terakhir, dan setelahnya ia kurang-lebih tidak menghasilkan film apapun, menurut saya hal itu tidak berpengaruh bagi Powell. Mungkin ia tidak memprediksi bahwa filmnya akan gagal, namun karena kesadaran dirinya tentang dia dan film, kegagalan film ini dan kehancuran karirnya paska-film ini mungkin akan ia terima dengan senang-hati.
Bertahun-tahun setelah pemutaran perdananya yang dinilai kegagalan-mutlak, film ini dikatakan sebagai film visioner, bahwa audiens pada saat film ini pertama-kali dipertunjukkan belum-lah siap dengan film tersebut. Film ini mendahului film-film lain pada masanya, sebuah film revolusioner. Revolusioner karena Powell bereksperimen dengan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh orang-lain pada masanya. Mungkin, ia memang telah siap menerima kegagalan filmnya dengan segala eksperimen yang ia lakukan pada film ini. Namun, pada akhirnya Powell tidak bisa menyembunyikan kilau talentanya sebagai seorang sutradara.
--------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment