Judul film: The Pawnbroker|Tahun keluar: 1964|Produser: Philip Langner, Roger Lewis|Sutradara: Sidney Lumet|Penulis skenario: Morton Fine, David Friedkin|Sinematografer: Boris Kaufman|Editor: Ralph Rosenblum|Musik: Quincy Jones
Bagi saya menyaksikan watak dari para pemain dalam film Lumet sangatlah memikat. Lain halnya dengan Hitchcock yang mengandalkan situasi dan suspense untuk terus menarik perhatian penonton, film-film Lumet lebih dekat dengan Elia Kazan yang sangat mengandalkan kemampuan para aktor dan aktrisnya dalam berakting, sebuah character-driven atau internal-driven plot. Ceritanya bukanlah mengenai orang-biasa yang terjebak situasi yang luar-biasa, namun orang-orang yang berkarakter kuat yang berani bicara (12 Angry Men, Serpico), orang yang mencoba melakukan hal gila untuk keluar dari kesulitan hidupnya (Dog Day Afternoon), atau tentang orang yang berusaha melawan masa-lalunya(The Verdict, The Pawnbroker).
The Pawnbroker bercerita tentang Sol Nazerman, yang mencoba untuk bersikap dingin dan pahit pada orang-orang disekitarnya untuk mengubur masa-lalunya, namun pada akhirnya ia sadar bahwa ia harus berubah.
Cerita dimulai dengan pengenalan sosok Sol Nazerman, seorang pedagang jual-beli barang, yang dingin terhadap kehangatan pelanggan-pelanggannya.
Diperkenalkan juga karakter lainnya: Jesus Ortiz, Mrs. Birchfield, Rodriguez, dan bekas geng Ortiz. Jesus Ortiz adalah seorang pemuda yang bekerja pada Mr. Nazerman. Ia memiliki masa-lalu yang gelap, dan dengan bekerja dan belajar dari Nazerman, ia mencoba memulai hidup baru. Karena itu ia melakukan pekerjaannya dengan semangat, dan ia menganggap hubungannya dengan Mr. Nazerman lebih dari sekedar hubungan kerja. Mrs. Birchfield bertemu dengan Mr. Nazerman ketika ia meminta sumbangan sosial. Mr. Nazerman memberikan uang padanya, namun dinginnya sikap Nazerman membuat Mrs. Birchfield kesal. Esoknya ia kembali datang untuk meminta maaf akan luapan emosi sehari sebelumnya dan mengajaknya untuk makan siang, namun Mr. Nazerman tetap dingin menanggapinya. Bekas geng Ortiz sejak awal ditampilkan sebagai geng yang berbahaya, Mr. Nazerman tidak mau mencari masalah dengan kelompok ini. Pada pertemuan awal ketika kelompok ini memasuki toko Nazerman, Ortiz berusaha menghindari mereka karena tekadnya untuk membuka lembaran baru. Namun pada akhirnya Ortiz melanggar sendiri perkataannya dan harus membayarnya dengan fatal.
Pada suatu waktu, Ortiz bertanya pada Mr. Nazerman apa yang penting dalam hidup. Mr. Nazerman dengan dingin menjawab “Uang!”. Ortiz kesal dengan jawaban itu. Dengan amarah, ia berlari ke kediaman bekas geng kriminalnya, berkata, “Mungkin, suatu hari kita akan merampok Mr. Nazerman.”
Suatu hari seorang pelacur datang ke toko Mr. Nazerman, ia ingin menggadaikan barangnya. Dalam percakapan, ia mengatakan bahwa ia juga bekerja pada Rodriguez. Mr. Nazerman memiliki masa-lalu yang membuat ia begitu benci dengan prostitusi. Maka ia menemui Rodriguez untuk memastikan bahwa usaha prostitusi itu memang miliknya. Mr. Nazerman menemukan bahwa ternyata informasi itu memang benar. Merasa jijik, marah, dan bingung, secara tak sadar ia menghampiri kediaman Mrs. Birchfield. Mrs. Birchfield mendengarkan sekilas masa-lalu Nazerman. Ia menawarkan uluran-tangan, namun Mr. Nazerman menolak bantuan itu. Mr. Nazerman pulang ke tokonya. Dalam kebingungannya, ia secara tak sengaja mengatakan bahwa Ortiz tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Kekesalan Ortiz memuncak mendengar itu. Ia langsung berlari ke markas gengnya, bermaksud memulai rencana kriminal mereka untuk merampok Mr.Nazerman. Namun sebelum mereka berangkat, Ortiz menyuruh mereka untuk tidak membawa senjata.
Ortiz dan gengnya memulai aksi mereka. Dalam aksi tersebut, ternyata salah satu anggota geng ada yang membawa senjata. Orang itu menarik pelatuk revolver, dan mengarahkannya kepada Mr. Nazerman. Mr. Nazerman ketika itu dalam kondisi mental yang kacau, ia memang berharap mati, dan dengan pasrah ia hanya menutup matanya menerima ajalnya. Namun Ortiz berlari untuk menepis revolver itu. Tidak sengaja, revolver itu justru mengenai dirinya. Akhirnya iapun tewas.
Menyadari sikapnya yang terus membuat orang-orang disekitarnya menderita, Mr. Nazerman ‘membunuh’ dirinya, namun ia tidak mati, dan melanjutkan hidupnya yang baru.
Sedikit berbeda dengan film-film Lumet lain yang pernah saya tonton, The Pawnbroker sedikit lebih menonjolkan unsur sinematografi dengan teknik hand-held dan editing yang dibandingkan dengan film-film Lumet yang lain yang lebih cenderung menganut invisible-style konvensional Hollywood. Dalam opening, sinematografi dimana shot kasar POV dari Nazerman yang keluar dari mobil. Shot POV hand-held dilakukan beberapa kali dalam, bukan hanya sebagai POV shot, namun juga ketika situasi mental protagonis sedang terguncang seperti dalam adegan di kereta ketika tiba-tiba situasi kereta yang dipenuhi orang memercikan api mimpi-buruknya, atau ketika Ortiz yang berlari menghampiri geng lamanya dengan kekesalan pada Mr. Nazerman.
| |
handheld POV shot di bagian opening film |
|
hand-held shooting Nazerman di kereta |
Lalu dari aspek editing, kilatan-kilatan masa-lalu ketika mimpi-buruk Mr. Nazerman muncul kepermukaan ditunjukkan dengan cara shot flashback yang berdurasi hanya sepersekian detik, seperti sengatan listrik, dan dalam beberapa adegan, masa lalu itu mengambil alih, dan kita melihat cerita masa-lalu Nazerman itu dalam potongan yang lebih besar. Sebagai contoh dalam adegan di kereta. Nazerman masuk ke dalam kereta dalam keadaan galau setelah ia menerima fakta bahwa ternyata ia telah bekerja pada seorang penjahat dan hidup dari uang kotor orang itu, ia melihat seorang tua yang juga memperhatikannya. Ada rasa bahwa keduanya menanggung masa-lalu yang sama, entah kenapa. Apakah orang itu Yahudi? Saya tidak tahu, namun itulah yang terkesan bagi saya (disini juga ada teknik sinematografi yang sangat menarik, yang bisa dilihat di salah satu potongan gambar film). Nazerman pindah ke tempat duduk lain, dimana disanapun seseorang dengan wajah familiar mengawasinya. Kerumunan orang di dalam kereta itu membuatnya ingat situasi di dalam kereta dalam perjalanannya ke lokasi konsentrasi Yahudi. Ia berlari, ketakutan ke gerbong selanjutnya, dimana masa-lalu itu menjadi konkrit, di depannya berdiri para tahanan Yahudi, masa-lalu dan masa-kini digabung dalam satu ruang dan waktu. Teknik editing ini sesuai dengan situasi Nazerman yang berusaha untuk melupakan ingatan masa-lalunya namun sesekali waktu mimpi-buruk itu muncul di dalam pikirannya.
|
Nazerman melihat seorang tua |
|
Orang tua tersebut juga melihat Nazerman |
|
Nazerman masih memperhatikan orang-tua itu |
|
Lampu meredup sepersekian detik, menonjolkan figur orang-tua ini |
|
Nazerman berlari ke gerbong lain, ketika ia membuka pintu kereta... |
|
Pemandangan yang dilihat Nazerman ketika membuka pintu gerbong. |
Hanya sebagai tambahan apa yang menarik bagi saya dalam film ini. Mr. Nazerman menolak, berargumen, berkonfrontasi dengan orang-orang sekitarnya yang secara tidak langsung membawa ia pada kebenaran dirinya. Ketika menonton, saya melihat salah satu sekuens ketika Mr. Nazerman menolak salah satu pelanggannya.
|
Shot1 |
|
Shot2 |
|
Shot3 |
|
Shot4 |
|
Shot5 |
|
Shot6 |
|
Shot7 |
Setelah shot terakhir itu, Mr.Smith (nama pria kulit hitam) pergi sambil berkata “I’ll miss talkin’ to you Mr. Nazerman” dan tidak pernah kembali lagi.
Bandingkan dengan framing lainnya. Berikut adalah sekuens ketika Mr. Nazerman membuat Ortiz marah untuk pertama kalinya karena ia berkata bahwa “Money is the whole thing. Money is what life about.”
|
"The most absolute thing is money!" |
|
(Ortiz diam, berpikir) |
|
"That's what life is all about?" "Yes, that's all" |
|
"You mean money is the whole thing?" |
|
Ortiz berlari kesal menuju tempat geng lamanya. |
Pada sekuens ini terlihat dari framing bahwa sekuens ini tidak se-frontal sekuens Mr. Smith. Lalu di sini juga terlihat dominasi Mr. Nazerman akan Ortiz. Namun Ortiz sendiri bukanlah seekor domba, ia memiliki pikirannya sendiri, hanya saja ia tidak mengutarakannya pada Nazerman.
Lepas dari teknik hand-held untuk sinematografi dalam film ini, ada pula sentuhan halus yang diberikan pada film ini. Pada adegan awal, ketika beberapa orang, satu orang yang menjual piala pemenang lomba orasi, seorang wanita-tua berkulit hitam yang menjual tempat-lilin, dan seorang pria-hitam tua yang kesepian, setelah Nazerman memberikan harga bagi barang yang ingin mereka jual, Nazerman selalu menaruh kertas bukti transaksi itu di sebuah paku yang terbalik sehingga bagian tajamnya berada di atas (di Indonesia barang ini masih dipakai, jadi saya rasa semua orang tahu). Posisi paku tersebut di buat sedemikian rupa sehingga terlihat mengancam pelanggan Nazerman, dan ketika kertas hasil transaksi tersebut ditusukkan ke paku itu, pada saat itu jugalah Nazerman melukai mereka. Namun posisi paku tersebut adanya di ujung kiri-bawah, yang bahkan alas dari paku itu tidak terlihat, jauh dipojok sehingga kalau kita tidak benar-benar memperhatikan keseluruhan frame kita akan melewatinya. Namun di saat yang sama, sulit sekali melewati paku tersebut pada gambar karena posisinya yang begitu lurus, panjang, dan kaku dibandingkan elemen lain dalam frame. Ini adalah sentuhan halus yang diberikan sinematografer Lumet dalam film ini. Simbolisasi ini digunakan untuk bagian akhir film ketika Nazerman, yang kecewa pada hidupnya, memutuskan untuk ‘membunuh’ dirinya sendiri, untuk hidup, mati untuk hidup kembali.
|
Paku ada di ujung kiri-bawah. |
|
Simbolisasi paku yang digunakan pada akhir film |
.
Kembali lagi ke adegan Nazerman di dalam kereta, gambar yang menarik dari sekuens itu adalah gambar orang-tua yang ketika memasuki kegelapan terlihat menonjol karena masih tersorot cahay. Setelah ia duduk, seorang tua mengamati Nazerman dengan pandangan familiar, pandangan yang biasa di dapat orang ketika bertemu seseorang yang sepertinya kenal, namun tak yakin. Lalu kereta melewati terowongan, semuanya gelap untuk hanya sepersekian detik. Namun wajah orang-tua itu tetap disitu, terlihat dengan jelas di dalam kegelapan kereta dan isinya. Ini terjadi karena ada sumber cahaya yang menyorot wajah orang tua itu, sehingga ketika matahari kehilangan dayanya ketika kereta berada di dalama terowongan, lampu itu tetap menyorot wajah pria tua itu. Dan ini terjadi hanya tidak lebih dari setengah detik.
Untuk plot, film ini cukup kompleks buat saya. Ortiz, Mrs. Birchfield, Rodriguez, dan beberapa karakter lain yang saya lupa namanya (memalukan, plak!), masing masing memiliki peran penting memajukan cerita, membawa Nazerman pada kebenaran di dalam dirinya sendiri secara langsung maupun tak langsung. Dialog juga begitu harus dibahas dalam film ini, begitu pula simbolisasi-simbolisasi yang ada dalam film, seperti paku dan kalender. Dalam buku Hithcock, Hitchcock mengatakan ketidak-setujuannya akan penggunaan dialog, yang ia sebut ‘framing the dialog’. Namun dalam film ini (dan film-film Lumet yang lain), dialog tidak terasa seperti angin-lalu. Dialog ditulis dengan tinta hitam-tebal, mungkin karena cara pemeran karakter menyampaikan hal itu. Namun yang jelas dialog dalam film Lumet tidak terasa hanya sebagai basa-basis bak suara latar. Ini akan saya bahas dalam artikel lain. Saya tahu pembahasan artikel ini kurang sistematis, akan tetapi saya berusaha untuk menuliskan segala sesuatu yang menurut saya menarik tentang film ini.
No comments:
Post a Comment