Judul: A Guy Named Joe
Tahun-rilis: 1943
Produser: Everett Riskin
Sutradara: Victor Fleming
Penulis-skenario: Dalton Trumbo, Frederick Hazlitt Brennan,
David Boehm, Chandler Sprague
Sinematografer: George J. Folsey, Karl Freund
Pemain: Spencer Tracy, Irene Dunne
Genre: Drama
Durasi: 122 menit
Saya yakin A Guy Named Joe sebenarnya sangat bagus. Beberapa
adegan sangat menarik buat saya. Sayang aja, kali menonton film ini, badan saya
sedang kurang fit yang sangat mengganggu pengalaman menikmati filmnya. Temanya
sendiri mengambil situasi aktifitas AU Amerika—berhubungan dengan pesawat.
Berhubung emang saya lagi antusias ama gambar-gambar model pesawat, terutama
pesawat jaman WW II, menambah ketertarikan saya pada film ini. Apalagi setelah
menonton film-film pesawat karya Howard Hughes dan Howard Hawks yang juga
berkisar tentang dunia pesawat, jadi ingin-tahu kira-kira bagaimana Victor
Fleming akan menvisualisasikan aksi pesawat-pesawat itu.
Bercerita tentang seorang pria bernama Pete, yang mati di
medan-perang meninggalkan kekasihnya. Sesampai arwahnya di suatu tempat yang
menyerupai akhirat, namun dipenuhi para pilot-pilot yang sudah wafat dari
dunia, ia ditugaskan untuk membimbing seorang pilot muda, Randall – jadi
semacam roh pelindung yang memberi Randall bisikan hati gitu. Gak sengaja, ia
bertemu dan jatuh cinta dengan kekasih Pete semasa ia masih hidup. Awalnya Pete
cemburu dan membisikkan hal-hal buruk padanya. Namun akhirnya Pete sadar
kesalahan tersebut dan merelakan kekasihnya.
Mungkin yang membedakan film pesawat ini dengan Hawks atau Hughes,
di film ini lebih banyak adegan akrobatiknya, lebih ditonjolkan. Misalkan
adegan akrobatik Randall untuk menarik perhatian Dorinda. Diperlihatkan pesawat
sang pilot yang menari-nari, dengan deruannya yang khas, di udara. Atau ketika Pete melakukan aksi terakhirnya
sebelum ia mati. Atau adegan finale heroik Dorinda ketika ia sendirian
melepaskan bom yang menghancurkan gudang peluru pasukan musuh.
Di film ini juga sepertinya(sepertinya loh, karena Howard
Hughes bahkan sampai buat pesawat) Fleming lebih antusias mengenai pesawat
ketimbang dua rekan sejamannya. Pesawat-pesawat yang digunakan di film ini,
entah kenapa, terlihat dan terasa lebih keren. Liat aja shot-shot untuk latihan
Randall, dengan roh Pete duduk di kursi belakang. Atau model pesawat yang
digunakan Randall untuk beraktrobat (saya kurang tau namanya).
an acrobatic scene when Randall tries to show off his skill. Later my brother told me the plane is called P38 |
Selain tentang pesawat, akting pemain di film ini juga top.
Saya pribadi suka pemeranan Pete, oleh Spencer Tracy – cuek, hangat,
pemberontak, jadi satu. Badan gempalnya menambah daya-tarik sang karakter
sehingga tidak terkesan bagai seorang super-hero. Pemeran Al dan Dorinda (Irene
Dune) juga bagus banget, begitu pula pemeran pilot muda. Tapi saya tetap paling
suka karakter Pete (karena karakter utama juga kali yaJ)
Musik film ini entah mengapa cukup menonjol. Istilahnya mungkin
ear-catching, enak di dengar dan entah
gimana menempel diingatan kita (kalian tahu maksud saya apa, kan?). Komposernya
adalah seseorang bernama Herbert Stothart.
Suatu waktu ketika menonton film ini, saya mencoba menemukan
unsur Victor Fleming yang bisa terilhat di film ini. Berhubung filmnya
hitam-putih, kontras warna yang terlihat jelas pada dua filmnya, Joan of Arc
dan Gone with the Wind tidak bisa ditemukan di film ini. Namun tetap ada
beberapa shot yang menurut saya adalah ciri-khas Victor Fleming.
PS: Saya juga baru
saja menonton versi remake Spielberg dari film ini, judulnya Always, dirilis
tahun 1989. Different era, equally good.
No comments:
Post a Comment