Friday, 27 July 2012

Kiss Them for Me (1957)


Judul: Kiss Them for Me
Tahun-rilis: 1957
Produser: Sol C. Siegel
Sutradara: Stanley Donen
Pemain: Cary Grant, Jayne Mansfield
Genre: Komedi
Durasi: 105 menit

Filmnya membosankan! Memang ada beberapa momen yang hasilnya bagus. Namun secara umum, menurut saya filmnya jelek.

Bercerita tentang pengalaman 4 anggota AL Amerika pada masa PD II ketika diberikan cuti-militer selama beberapa hari. Dalam waktu itu mereka melihat keadaan dunia yang sesungguhnya, perbedaan antara yang terjadi di medan perang, dan di tanah air mereka, dimana segalanya berjalan kurang-lebih seperti biasa. Mereka juga melihat adanya orang-orang yang mencoba memanfaatkan perang sebagai ajang mencari untung perusahaan (setelah menulis ringkasan cerita ini, kok kayaknya filmnya cukup menarik).

main characters, Cary Grant, Jayne Mansfield, and 'friends'

Film sepertinya cukup terbantu dengan akting Cary Grant yang sangat baik, memerankan salah satu dari empat anggota AL tersebut, Andy Crewson. Penampilannya sangat bagus, hampir semua momen yang menonjol di film ini ada Cary Grant-nya.

One of the best scene from the movie, when Andy met his dying comrade from war

Sejujurnya, saya bisa memutuskan untuk menonton film ini karena ada Jayne Mansfield-nya. Saya belum pernah sekalipun melihat penampilan sang boom-sex ini, teman sekaligus rival Marilyn Monroe dalam era yang sama (keduanya juga mati mengenaskan).

Jayne Manfield memerankan Ms. Kratzner (bagi saya kedengaran seperti Ms. Cracknut, karena itu selanjutnya akan saya tulis dengan nama ini), seorang ...saya kurang tahu profesi apa sebenarnya, namun ditulis dalam satu kata, kesan saya tentang Ms. Cracknut adalah slow-head sex-doll woman. Aktingnya mirip sekali dengan karakter yang biasa dimainkan Marilyn Monroe (dan dalam realita, keduanyapun bisa dibilang duo-boomsex). Mungkin karena aura yang sama dari keduanya, Jayne Mansfield dipilih untuk memainkan peran Ms. Cracknut.
maybe her kind of character was attractive in past

Dari segi bentuk, filmnya cukup menarik dalam beberapa momen. Dari segi suara, ada additional-voice yang ditambahkan paska-produksi, entah disengaja atau karena tidak mungkin lagi untuk re-take. Dari segi editing, adegan ketika Cary Grant dan kekasih selingkuhannya menelpon semacam pusat-informasi disaat yang sama, digambarkan dengan 1 format dibagi 4 area horizontal.

Andy and Gwinneth (character on the right) scene
.

Wednesday, 25 July 2012

A Guy Named Joe (1943)


Judul: A Guy Named Joe
Tahun-rilis: 1943
Produser: Everett Riskin
Sutradara: Victor Fleming
Penulis-skenario: Dalton Trumbo, Frederick Hazlitt Brennan, David Boehm, Chandler Sprague
Sinematografer: George J. Folsey, Karl Freund
Pemain: Spencer Tracy, Irene Dunne
Genre: Drama
Durasi: 122 menit

Saya yakin A Guy Named Joe sebenarnya sangat bagus. Beberapa adegan sangat menarik buat saya. Sayang aja, kali menonton film ini, badan saya sedang kurang fit yang sangat mengganggu pengalaman menikmati filmnya. Temanya sendiri mengambil situasi aktifitas AU Amerika—berhubungan dengan pesawat. Berhubung emang saya lagi antusias ama gambar-gambar model pesawat, terutama pesawat jaman WW II, menambah ketertarikan saya pada film ini. Apalagi setelah menonton film-film pesawat karya Howard Hughes dan Howard Hawks yang juga berkisar tentang dunia pesawat, jadi ingin-tahu kira-kira bagaimana Victor Fleming akan menvisualisasikan aksi pesawat-pesawat itu.

Bercerita tentang seorang pria bernama Pete, yang mati di medan-perang meninggalkan kekasihnya. Sesampai arwahnya di suatu tempat yang menyerupai akhirat, namun dipenuhi para pilot-pilot yang sudah wafat dari dunia, ia ditugaskan untuk membimbing seorang pilot muda, Randall – jadi semacam roh pelindung yang memberi Randall bisikan hati gitu. Gak sengaja, ia bertemu dan jatuh cinta dengan kekasih Pete semasa ia masih hidup. Awalnya Pete cemburu dan membisikkan hal-hal buruk padanya. Namun akhirnya Pete sadar kesalahan tersebut dan merelakan kekasihnya.

A dramatic way introducing the character of our main character.

Mungkin yang membedakan film pesawat ini dengan Hawks atau Hughes, di film ini lebih banyak adegan akrobatiknya, lebih ditonjolkan. Misalkan adegan akrobatik Randall untuk menarik perhatian Dorinda. Diperlihatkan pesawat sang pilot yang menari-nari, dengan deruannya yang khas, di udara.  Atau ketika Pete melakukan aksi terakhirnya sebelum ia mati. Atau adegan finale heroik Dorinda ketika ia sendirian melepaskan bom yang menghancurkan gudang peluru pasukan musuh.

Spencer Tracy as the main star,

Di film ini juga sepertinya(sepertinya loh, karena Howard Hughes bahkan sampai buat pesawat) Fleming lebih antusias mengenai pesawat ketimbang dua rekan sejamannya. Pesawat-pesawat yang digunakan di film ini, entah kenapa, terlihat dan terasa lebih keren. Liat aja shot-shot untuk latihan Randall, dengan roh Pete duduk di kursi belakang. Atau model pesawat yang digunakan Randall untuk beraktrobat (saya kurang tau namanya).

an acrobatic scene when Randall tries to show off his skill. Later my brother told me the plane is called P38

Selain tentang pesawat, akting pemain di film ini juga top. Saya pribadi suka pemeranan Pete, oleh Spencer Tracy – cuek, hangat, pemberontak, jadi satu. Badan gempalnya menambah daya-tarik sang karakter sehingga tidak terkesan bagai seorang super-hero. Pemeran Al dan Dorinda (Irene Dune) juga bagus banget, begitu pula pemeran pilot muda. Tapi saya tetap paling suka karakter Pete (karena karakter utama juga kali yaJ)

Musik film ini entah mengapa cukup menonjol. Istilahnya mungkin ear-catching, enak di dengar dan entah gimana menempel diingatan kita (kalian tahu maksud saya apa, kan?). Komposernya adalah seseorang bernama Herbert Stothart.

Suatu waktu ketika menonton film ini, saya mencoba menemukan unsur Victor Fleming yang bisa terilhat di film ini. Berhubung filmnya hitam-putih, kontras warna yang terlihat jelas pada dua filmnya, Joan of Arc dan Gone with the Wind tidak bisa ditemukan di film ini. Namun tetap ada beberapa shot yang menurut saya adalah ciri-khas Victor Fleming.

PS: Saya juga baru saja menonton versi remake Spielberg dari film ini, judulnya Always, dirilis tahun 1989. Different era, equally good.

Thursday, 19 July 2012

Holiday (1938)


Judul: Holiday
Tahun-rilis: 1938
Produser: Everett Riskin
Sutradara: George Cukor
Penulis-skenario: Donald Ogden Stewart, Sidney Buchman, Philip Barry
Pemain: Cary Grant, Katharine Hepburn
Genre: Romatic Comedy
Durasi: 95 menit

Meskipun ditulis bahwa genre film ini adalah komedi, film ini tidak bisa menipu penonton akan kentalnya drama yang ada di dalamnya. It’s really a serious matter, hanya saja kehadiran Katharine Hepburn dan Cary Grant, yang memiliki chemistry komedi, nuansa filmnya yang enteng, dan diselipkan adegan-adegan jenaka di sana-sini.

Bercerita tentang John Case, diperankan Cary Grant, yang mencoba mendapatkan putri seorang kaya-raya bernama Julia Seton (diperankan Doris Nolan). Antagonisnya adalah sang ayah, seorang ahli finansial yang, seperti biasa, sangat perhitungan mengenai calon menantunya, menilai John Case dari pekerjaannya, siapa orang-tuanya, berapa gajinya, prospek masa-depannya, dll. Pada akhirnya John mendapatkan restu sang ayah, akan tetapi dalam perjalanannya sebelum pernikahan, John menemukan bahwa ia dan Julia begitu berbeda, dan ia malah menmukan persamaan dengan saudari perempuan Julia yang lain, Linda Seton (diperankan Katharine  Hepburn) dan merekapun berpisah. Di akhir film, Linda dan John dipersatukan.

Cary Grant plays John Case, an energetic free-spirited man

Mengenai keluarga Seton (baca: Seiten), saya rasa nama itu adalah plesetan dari Satan, atau syaitan, atau setan. Dugaan saya diperkuat juga dengan beberapa hal. Pertama, dengan penampilan Linda dan Julia yang sering memakai gaun hitam dan perhiasan berlian di sana-sini seperti seorang penyihir. Alasan lain yang memperkuat adalah ketika John Case pertama kalinya memasuki kediaman keluarga Suton, dia berteriak kaget, “Judas!”, lalu melanjutkan, “It doesn’t mean anything, really!” Of course that last sentence make it more suspicious that he really mean it when he say Judas, the guy who go against Jesus. Lalu pada bagian akhir film, ketika Linda telah pergi kabur dari keluarga Suton untuk mengejar John, Ned, saudara laki-laki Linda dan Julia mengangkat tangan sambil berkata, “Cheers!” pada lukisan kakeknya. Saya mengartikannya bahwa kakeknya itulah orang pertama yang masuk pada jaringan Setan (Illuminati) dan berkonsekuensi loyalitas keturunannya pada kelompok tersebut. Percaya ga percaya, terserah anda.

Ned Seton raise his glass for his grandfather

Lepas dari sisi gelap itu, ceritanya sangat menarik. Performa pemainnya memukau—saya pribadi tertarik pada penampilan Katharine Hepburn yang pada beberapa momen menangkap perhatian saya begitu kuat dengan aktingnya. Tentu saja akting pemain yang lain pun luar-biasa; pemeran ayah Julia Seton, Mr. dan Mrs. Potter, hingga sekedar butler keluarga Seton.

Katharine Hepburn plays Linda Seton, show familiar chemistry with his playmate, Cary Grant

Mengenai scoring, saya jadi mulai bingung, scoring-scoring musik klasik terdengar hampir sama di telinga saya. Bukannya jelek, bahkan bagus, hanya saja kesannya begitu-begitu aja dari satu film dengan yang lainnya. Saya tidak melihat keunikan scoring film ini.

Biar penutupnya bagus, saya bilang aja kalau filmnya bagus!

Monday, 16 July 2012

Johnny Guitar (1953)


Judul: Johnny Guitar
Tahun-rilis: 1953
Produser: Herbert J. Yates
Sutradara: Nicholas Ray
Penulis-skenario: Ben Maddow, Philip Yordan, Roy Chanslor (novel)
Sinematografer: Harry Stradling Sr.
Pemain: Joan Crawford, Sterling Hayden, Mercedes McCambridge
Genre: Western
Durasi: 110 menit

Film lain dari Nicholas Ray. Saya sendiri tidak banyak menonton film karyanya, hanya Rebel without a Cause, karena itu saya tidak dapat banyak membandingkannya dengan karyanya yang lain. Namun filmnya sendiri bagi saya sangat bagus. Sepertinya filmnya cukup terkenal di masa lalu. Ibu saya ingat filmnya, ketika salah seorang tokoh di film menyebut nama Johnny Guitar.

Ketika mendengar nama Johnny Guitar, bayangan saya tokohnya kurang-lebih seperti Johnny Suede-nya Tom di Cillo yang diperankan Brad Pitt, cool, ganteng, mellow, muda; atau seperti tokoh-utama film El Mariachi-nya Robert Rodriguez. Namun tokoh Johnny Guitar di film ini lebih terlihat seperti John Wayne (ketika ia sudah berumur, pas memerankan Rio Bravo misalnya), dengan tubuhnya yang tinggi dan sedikit agak gemuk, namun ditambahkan sebuah gitar yang terus dibawa sang tokoh kemanapun ia pergi. John Logan nama aslinya, diperankan Sterling Hayden.

"Johnny....Guitaaaar."

Film sebenarnya bertemakan tentang sebuah cinta segi-empat. Johnny Guitar menyukai Vienna (diperankan Joan Crawford), Vienna disukai seseorang yang memiliki nama panggil Dancing Kid, Dancing Kid disukai seorang wanita pendendam bernama Emma (Mercedes McCambridge).

Meskipun intinya adalah sebuah drama percintaan, namun dikemas dengan sangat menarik , dalam bentuk bergenre western, sehingga ada juga adegan action. Suspense filmnya pun sangat baik. Misalkan adegan ketika Vienna menunggu giliran untuk digantung dipertengahan film. Tentu saja Vienna tidak akan mati karena dia adalah tokoh-utama. Namun sebelum gilirannya, kita diperlihatkan seorang ‘boy’, anak muda, yang juga akan digantung dan akhirnya mati, sehingga penonton tidak lagi fokus pada dugaan mereka, namun masih terbayang-bayang adegan mengerikan tersebut. Pada saat momennya tiba, tentu saja Johnny Guitar datang dan menyelamatkan Vienna, namun pada saat itu, kita bukan merasa bahwa dugaan kita benar atau salah, tapi merasa lega karena Vienna tidak bernasib sama seperti anak-muda tersebut.

Joan Crawford as Vienna

Cara membawakan ceritanya terbilang menarik memang dibandingkan western pada masa itu. Terlihat pengaruh film ini pada karya-karya Spaghetti-westernnya Sergio Leone, dimana tokohnya (berlagak)tangguh. Banyak adegan ‘cool’ dan narsis di filmnya. Misalkan cara Johnny Guitar memperkenalkan dirinya di layar untuk pertama kali—sangat dramatis. Atau ekspresi wajah para pekerja bar yang ‘engga-biasa’ memperhatikan setiap gerak-gerik Johnny Guitar dengan waspada seolah siap men-draw pistol; padahal kita(penonton) ga tau ada urusan apa mereka ama Johnny Guitar. Atau adegan lain yang dua kali saya lihat di film lainnya (For a Few Dollars More dan Butch Cassidy & Sundance Kid) adalah ketika Johnny Guitar tiba-tiba masuk ke ruangan lalu menembak pistol seorang pemuda hingga pistol tersebut jatuh, dan terus menembak pistol tersebut hingga menjauh darinya.

An action I identified with Sergio Leone's western style

Untuk karakterisasi saya rasa filmnya sangat apik diciptakan. Misalkan, tokoh yang paling saya benci di film adalah tokoh Emma, seorang wanita setengah-berumur yang dendam-kesumat dengan Vienna karena cintanya yang tidak terbalas pada Dancing Kid. Dendamnya membuat ia begitu kotor. Ia terus menuduh Vienna hal-hal yang penonton tau tidak Vienna lakukan. Misalkan adegan ketika Emma, Sheriff, dan pasukannya mendatangi Vienna untuk mencari gerombolan penjahat. Emma terus saja menuduh bahwa Vienna ikut terlibat dalam perampokan bank yang dilakukan gerombolan tersebut. Yang mengesalkan lagi, sang Sheriff seperti kehilangan pegangan mendengar hasutan Emma sehingga saya merasa muak dan ingin menutup-mulut karakter Emma ini secepat mungkin. Omongannya penuh dengan kebohongan dan kebencian.

Emma when she provoked a boy to tell a lie as truth in front of a mob

Atau karakter lain yang disayangkan mati di akhir film adalah Dancing Kid. Karakternya baik dari fisik maupun watak digambarkan bukanlah seorang yang sepenuhnya jahat, karena ia akhirnya memutuskan untuk merampok sebuah bank untuk lari dari tuduhan pembunuhan yang ia tidak lakukan, malah lebih terasa seorang karakter yang baik. Di akhir film, kematiannya cukup mengejutkan bagi saya dan sangat disayangkan.

Sekedar tambahan, Scorsese membahas film ini di dokumenternya Personal Journey through American Movies dimana ia mengatakan pendapatnya mengenai setting dan tone-warna di film ini, yang agak-agak merah-kecoklatan, menggambarkan nuansa film yang seperti ‘neraka’.

Sunday, 8 July 2012

I Confess (1953)


Judul: I Confess
Tahun-rilis: 1953
Produser: Alfred Hitchcock
Sutradara: Alfred Hitchcock
Sinematografer: Robert Burks
Penata-artistik: Ted Haworth, John Beckman
Pemain: Montgomery Clift, Anne Baxter, Karl Malden, Brian Aherne
Genre: Drama
Durasi: 95 menit

Demam Hitchcock kembali melanda saya! Barusan saya menonton film yang berjudul I Confess, dibintangi oleh orang yang menurut saya pribadi salah satu aktor paling karismatik pada masanya, Montgomery Clift. Menurut saya, film ini adalah salah satu film terbaik Alfred Hitchcock.

great casting by the production team, great acting by Montgomery Clift, plays the main character, father Logan

Bercerita tentang seorang pastur, father Logan, yang memegang rahasia kunci suatu pembunuhan, namun ia tidak bisa memberikan informasi tersebut pada polisi karena terikat ikrarnya sebagai seorang pastur untuk tidak membocorkan confession umatnya. Alih-alih dipanggil sebagai saksi, father Logan malahan dituduh sebagai pelaku karena kesaksian beberapa orang akan sosok berjubah pastur yang dipakai pelaku setelah ia melakukan pembunuhan.

Montgomery Clift, seorang method-actor, memerankan father Logan dengan menawan. Meskipun Hitchcock ,kalau tidak salah, mengeluhkan tentang cara bekerja method-actor yang kurang sesuai dengan cara kerjanya (yang kalau engga salah berkata “to treat an actor as a cattle”), penampilan father Logan di film ini sangat bagus. Tentu ini tidak lepas dari keputusan casting yang baik pula memutuskan seorang Montgomery Clift untuk memainkan sang pastur. Selain pemeran father Logan, saya juga suka dengan pemeran Keller, sang pelaku kejahatan sebenarnya dan istrinya yang terlihat manis, tua, dan tak berdaya.

Ceritanya juga solid. Di tengah cerita di katakan bahwa ternyata yang dibunuh oleh Keller adalah seorang pria yang berusaha mengancam Ruth (diperankan Anne Baxter), bernama Villette. Keller sendiri membunuh karena kasihan melihat istrinya yang terus mengalami tekanan ekonomi. Dua hal itu membuat perasaan dua sisi penonton kepada Keller, dimana di satu sisi kita merasakan kebencian karena Keller tidak mau mengaku sendiri bahwa ia adalah pembunuhnya dan malahan menyudutkan posisi father Logan sebagai sang pembunuh di mata polisi, di sisi lain kita diperlihatkan alasan sentimental tindakan Keller, dan karena yang ia bunuh adalah seorang yang rasa-rasanya memiliki karakter yang lebih busuk dari Keller sendiri, kita juga memiliki rasa simpati pada Keller. Dua hal ini juga yang membuat last-confession Keller di akhir cerita menutup segalanya dengan perasaan yang melegakan.

a recollection of two kids saying saw a silhouette of the murderer, thought to be a priest -- add a great suspense to the film

Dari segi visual, film sering kali memperlihatkan koreografi dan pengambilan gambar yang memperkuat kesan ‘menghindar’ antara Keller dan father Logan. Misalkan adegan ketika Keller menunggu father Logan di depan altar, namun father Logan berlalu begitu saja seolah mengacuhkan Keller. Bukannya mengacuhkan, namun father Logan sendiri merasakan dillema di posisinya. Sinematografi dieksekusi oleh partner langganan Hitchcock di banyak filmnya, Robert Burks.
unique shooting which repeatedly happening on the movie

I Confess is really one of the best true-Hitchcock’s movie. This film is totally recommended! Selanjutnya saya jadi sangat tertarik menonton Torn Curtain yang ada Paul Newmannya. Katanya sih jelek, tapi kita lihat saja nanti...

Saturday, 7 July 2012

The Moon is Blue (1953)


Judul: The Moon is Blue
Tahun-rilis: 1953
Produser: Otto Preminger
Sutradara: Otto Preminger
Penulis-skenario: F. Hugh Herbert
Sinematografer: Ernest Laszlo
Pemain: William Holden, Davind Niven, Maggie McNamara
Genre: Comedy
Durasi: 99 menit

Katanya film ini adalah film komedi, namun saya tidak merasa filmnya lucu sama sekali. Pengarahan karakternya memang sangat baik dilakukan oleh sang sutradara Otto Preminger, dari segi bentuknya pun filmnya oke. Namun saya terganggu dengan karakterisasi karakter yang ada pada film.

Bercerita tentang kisah cinta dua pasangan yang baru saja bertemu, Patty Oneill dan Donald Gresham. Patty Oneill adalah karakter yang unik, selalu bertanya mengenai segala hal. Donald menganggap sifat tersebut menarik dan tanpa sadar semakin jatuh cinta padanya. Film-time nya hanya semalam ketika mereka mengobrol di apartemen Donald. Disanalah segala dramanya terjadi, dimana muncul juga tokoh Cinthya dan ayahnya, Slater.

'Innocent' Patty Oneill

Yang mengganggu saya adalah karakter Patty Oneill yang dibalik keluguannya, saya merasa ia seperti sebuah ‘boneka’ dibawah kuasa hipnotis; hipnotis yang mensugesti, “no sex, kiss yes”. Dia menanggapi segala halnya dengan dingin, menyatakan prinsipnya dengan dingin. Slogannya adalah “Affection, but no passion.” Dia hanya menerima ciuman, namun tidak bersetubuh, dan dengan tanpa peningkatan adrenalin bisa memberikan ciuman pada pria yang sebenarnya masih bisa dianggap orang-asing (Donald dan David) karena baru saja ia temui. Hal baik yang bisa saya lihat pada karakter ini hanyalah bahwa ia tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, dan ia tidak akan bersetubuh dengan pria manapun sebelum nikah. Namun...

Dua prinsip yang ia nyatakan pada awal film, yaitu tidak minum dan merokok karena ia anggap “...so high-school...” ia langgar sendiri. Tentu saja saya berasumsi Patty akan melanggar prinsipnya terakhir juga, no sex before marriage, meskipun tidak diperlihatkan pada film.

The moment when Patty goes all the way with alcohol and cigarette

Karakter kedua yang sangat mengganggu saya adalah David Slater. David Slater adalah seorang penyembah setan (Satanik), terbukti dari gestur tangan yang ia buat ketika ia membuat sumpah. David Slater juga, dibalik sikapnya yang ‘lucu’ dan easy-going (juga nakal), terus menggoda Patty untuk melakukan dosa. Di bagian akhir film David sendiri berkata pada Patty, “You wanna come with me? If you really plan to embark on a life of sin...” David jelas adalah seorang sinners, pendosa. Di segmen yang sama David juga beberapa kali mengatakan ceramah menyesatkan-nya pada Patty.

David Slater's hand signal

Donald, meskipun di film digambarkan cukup netral, yakni sebagai korban yang terus menderita, juga kemungkinan besar bukan orang baik-baik. Pertama, ia memiliki hubungan romantis dengan Cinthya dan hubungan yang sangat akrab dengan Slater. Di film juga dibuka bahwa uang $600 yang diberikan David pada Patty adalah hasil perjudian keduanya beberapa minggu lalu. Hubungan baik dengan seorang penyembah-setan mensugesti, bagi saya, adanya hubungan yang lebih dalam di antara keduanya.

Selain itu mengenai hubungannya dengan Cinthya, bukankah mereka masih memiliki hubungan cinta? Meskipun di film diperilhatkan dinginnya hubungan mereka, hal itu terjadi hanya karena suatu hal pada malam sebelumnya; dengan kata lain hanya percek-cokkan kecil. Hanya karena hal sepele, masa’ Donald langsung beralih pada Patty? Apakah semudah itu?