Judul: Stagecoach|Tahun-rilis: 1939|Produser: Walter Wanger|Sutradara: John Ford|Penulis-skenario: Dudley Nichols, Ben Hecht|Sinematografer: Bert Glennon|Editor: Otho Lovering, Dorothy Spencer, Walter Reynolds|Pemain: John Wayne, Claire Trevor, Thomas Mitchel, John Carradine, Andy Devine, George Bancroft|Genre: Western|Durasi: 96 menit
Ketika dihadapkan dengan sebuah film yang sangat baik, saya malah menjadi bingung bagaimana membahasnya. Bingung aspek apa yang sebenarnya membuat film begitu menarik untuk diikuti; yang tentunya adalah sumasi dari segala aspek yang ada pada film -- disaat yang sama untuk memfilter semua aspek-aspek itu menjadi lebih singkat atau lebih esensial demi pembaca (atau lebih mudah dibaca). Itulah yang terjadi pada film ini, Stagecoach.
Saya menonton film ini sudah hampir satu-setengah minggu yang lalu, namun lembaran kertas tetap saja kosong. Film yang merupakan awal kolaborasi Ford-Wayne memiliki banyak hal; ada yang indah, ada yang keren,lucu, dan ada yang seru...
The famous first appearance of John Wayne on the film |
Basis cerita cukup simpel. Namun simplicity itu bukanlah sebuah kekurangan, melainkan kelebihan yang membuat film lebih mudah diterima bagi khalayak umum. Film Stagecoach bercerita tentang sebuah kereta-kuda yang membawa penumpangnya dari satu kota ke kota lain, namun dirintangi oleh gerombolan suku asli-Amerika Apache.
Menuju konflik klimaks tersebut, penonton disuguhkan konflik yang terjadi antar karakter penumpang kereta yang berbeda. Ada seorang pelacur yang diusir pergi dari kota tempat ia bekerja (Dallas, diperankan Claire Trevor). Ada seorang bankir yang membawa lari sejumlah uang. Ada seorang wanita yang dalam perjalanan menemui suaminya. Ada pula seorang penjahat yang sedang dalam perjalanan balas-dendam (Ringo Kid, diperankan John Wayne).
Perpecahan terjadi pada awal perjalanan, terutama kepada Dallas dan preasumsi orang-orang disekitarnya pada profesi yang ia ambil. Ringo Kid adalah satu-satunya orang yang tidak menghakimi dia sehingga hubungan khusus terjalin antara keduanya.
Namun seiring berjalannya film mendekati konflik-utama dengan suku Apache, para penumpang kereta ini pada akhirnya melupakan perbedaan mereka. Lepas dengan rasisme yang ditunjukkan John Ford pada filmnya (dan simpatinya pada sang prostitute), dengan menutup sebelah mata, pertempuran-besar antara para penumpang kereta yang dikejar gerombolan Apache adalah adegan yang sangat seru! Sebagai tambahan, adegan inilah yang menjadi pegangan sutradara-baru Orson Welles dari gencarnya ‘angin’ sinematografernya, Gregg Toland, dalam film Citizen Kane mengenai pembentukan gambaran ruang film pada penonton (yang kalau diingat, terus dipegang Welles disemua filmnya).
Romantic relationship between Ringo and Dallas. Here, Ringo expressed his feeling under the moon light |
Selain drama yang diberikan dari hubungan Dallas dan Ringo, hubungan antar karakter lainnya juga memperkaya genre film. Misalnya: hubungan yang ada antara si alkoholik Doc Boone dengan Mr. Peacock, menjadi sumber utama komedi pada film. Ada pula tokoh yang mengesalkan, bankir Mr. Gatewood yang munafik, bermulut-besar dengan negara, hukum, dan hak-hak yang ia miliki sebagai warga negara, di saat ia sendiri adalah seorang pencuri. Tak ada karakter yang menyukai Mr. Gatewood. Hubungan romantis seorang penjudi, Hatfield, yang memuja keanggunan salah satu penumpang kereta yang sedang mencari suaminya, Mrs. Mallory, memberi kesan romantis yang berbeda dengan yang diberikan Ringo dan Dallas.
Lebih dari itu, film ini memiliki mise-en-scene yang indah. Karakterisasinya juga menarik untuk diikuti, dan pemeranannya pun sangat baik, ditopang dengan casting yang baik. Secara pribadi, saya tertarik dengan Claire Trevor. Penggunaan spesial-efek, suara, setting berhasil menciptakan suasana berpetualang di alam bebas, suasana yang saya senangi.
No comments:
Post a Comment