Thursday, 23 December 2010

Kekuatan Lighting pada film Suspiria

Suspiria, film yang diproduksi tahun 1977 dan disutradarai oleh Dario Argento. Bercerita tentang seorang wanita muda yang merantau ke Germany untuk sekolah dansa (balet). Pada awalnya, segalanya biasa-biasa saja. Namun perlahan rahasia tentang sekolah balet tersebut terkuak, dan ia mendapati dirinya terancam bahaya. Akhirnya sang wanita muda berhasil lolos dari sekolah itu dan selamat.

Kurang lebih begitulah ceritanya. Sulit sekali membagi perhatian gw ketika nonton sebuah film, apalagi bila nontonnya baru sekali, seenggaknya dua kali laah. Tapi berhubung gw lagi sibuk abis ngejar deadline, yah, dipaksa-paksain deh. Kita coba fokus pada satu hal yang menarik perhatian gw dari film ini, cahaya.

Dari awal film sudah keliatan pemakaian cahaya yang unik dan menonjol dari film ini. Cahaya merah, hijau, biru, ungu, ..., kuning, putih. Pemakaian cahayanya setipe dengan film Scorsese Mean Streets dan Taxi Driver. Namun pada Mean Street, pemakaian cahaya yang mencolok seperti pada film Suspiria digunakan, biasanya, di dalam bar atau pada film Taxi Driver, warna cahaya tidaklah sebanyak film Suspiria, namun hanya merah, kuning, dan hijau (warna traffic light). Suspiria, selain pemakaian warna cahaya yang bermacam-macam, menghancurkan ide dalam kepala gw dan membuat inspirasi baru bagi gw. Bila dalam Mean Street warna-warna cahaya itu hanya identik dengan lampu-lampu di bar pada malam hari, Suspiria memberikan ide baru bahwa cahaya-cahaya mencolok itu mengancam! Ketika cahaya-cahaya ekstrim itu menyala, watak utama berarti dalam kondisi terancam.

Itu merupakan ide yang fresh dan inspirasional bagi saya karena ternyata ada kemungkinan untuk menjuruskan sesuatu yang selama ini dianggap menjurus pada satu hal ke sesuatu yang baru. Contohnya penggunaan cahaya dalam film ini. Dalam film Mean Street, cahaya-cahaya ini hanyalah membentuk atmosfir dalam bar, tidak mengancam. Namun dalam film Suspiria, cahaya-cahaya itu diubah menjadi simbol akan bahaya.

Ah, baru kepikiran. Kayaknya penggunaan objek untuk membuat penonton mengantisipasi sesuatu keren juga tuh. Misalnya kita pake contoh topi Indiana Jones. Dalam suatu frame, setting di bar di timur tengah, kondisi seperti wild west jaman dulu, kamera gerak menuju sebuah meja. Meja itu kosong, namun sebuah topi fedora tergeletak di atas meja itu. Jreeeeeng!! Penonton pasti udah riuh sendiri pas ngeliat topi itu. Kenapa? Karena mereka uda mikir kalo pada shot selanjutnya jagoan mereka bakal muncul. Jah!! Mantep!!

Kembali ke film Suspiria. Cahaya-cahaya itu juga membentuk dunianya sendiri. Gw inget banget satu adegan (di bagian akhir film) ketika watak utama wanita ingin menemukan ke mana arah langkah kaki yang sering ia dengar tiap malam. Pada awalnya semua lancar, koridor sepi karena anak-anak yang lain sedang pergi ke teater (yg saya lupa di mana). Ia turun tangga, terdengar obrolan dua orang wanita di dapur. Lalu shot beralih ke tempat itu. Perbedaan cahaya di koridor dan di dapur begitu kontras!!! Di koridor warna di dominasi warna-warna mencolok seperti merah, biru, dll, sedangkan di dapur menggunakan cahaya lampu biasa, dengan adegan yang wajar pula. Maksud saya dua orang wanita itu mengobrol seolah mereka sedang di dapur mereka sendiri di rumah, sedangkan di koridor suasana begitu tegang, mistis, menakutkan, dan mengancam. Seolah dapur dan koridor adalah dua dunia yang berbeda. Karena apa? Karena cahaya!! Well, akting juga berpengaruh sih. Tapi cahaya juga punya andil yang sangat besar di sana. Bayangkan bila chattering itu dilakukan dengan lighting yang sama dengan koridor. Walaupun percakapan mereka terdengar menyenangkan dan enteng, tetap saja atmosfirnya tertular dengan atmosfir di koridor, alhasil kontras tidak sebesar bila cahaya yg digunakan adalah cahaya wajar.

Itu aja sih yang pengen gw bahas, informasikan. Kali-kali bisa menjadi sumber inspirasi, entah buat siapa aja, bahkan buat gw sendiri nanti di masa datang.

No comments:

Post a Comment